KONTRAS: Mari Buktikan Bersama Kongkalikong Freddy dan Oknum Aparat

KONTRAS: Mari Buktikan Bersama Kongkalikong Freddy dan Oknum Aparat

JAKARTA - Diujung proses eksekusi mati, Koordinator Kontras Haris Azhar menguak dugaan adanya permainan antara gembong narkotika Freddy Budiman dengan sejumlah pejabat Polri dan BNN. Setidaknya, Freddy Budiman diduga sudah setor Rp 450 miliar pada oknum BNN dan Rp 90 miliar pada oknum Polri.  Ditemui di kantor Kontras kemarin, Haris menyebutkan bahwa pertemuan dengan Freddy ini terjadi pada 2014 lalu. Saat itu dirinya diajak oleh seorang Rohaniawan bernama Yani Lim bertemua gembong narkotika tersebut. "Saya bertemu di Nusakambangan," paparnya.  almarhum-freddy FREDDY BUDIMAN (alm) Dalam pertemuan itu Freddy sempat meminta Haris untuk menebak harga satu butir ekstasi asal Tiongkok. "Saya tebak harganya Rp 50 ribu. Tapi Freddy bilang salah dan ternyata harganya Rp 5 ribu," jelasnya. Karena itulah, lanjutnya, maka Freddy berani untuk melobi oknum di BNN dan Polri. Dalam lobi itu biasanya Freddy mendapatkan titipan harga Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu dari oknum tersebut. "Total yang telah diberikan Freddy pada oknum BNN mencapai Rp 450 miliar dan Rp 90 miliar untuk oknum Polri," tuturnya. Soal nama oknum, Haris menyebut bahwa Freddy telah mencantumkan semua nama oknum tersebut dalam pledoinya. Sayang, Kontras yang berupaya mendapatkan pledoi tersebut gagal. "Kami cek ke Mahkamah Agung tidak ada, ke pengacara dan pengadilan juga tidak ada," ujarnya.  Apakah ada bukti yang dimiliki Haris? Dia mengaku bahwa sama sekali tidak ada bukti yang dimilikinya. Pasalnya, saat masuk ke lapas di Nusakambangan itu semua alat elektroniknya ditinggal. "Saya harus menghormati petugas lapas," paparnya.  Namun begitu, dia mengaku siap pasang badan bila memang ada yang menuntutnya secara hukum. "Resikonya akan saya tanggung, saya pikir lebih penting untuk memperbaiki bersama," jelasnya.  Bahkan, sebenarnya sebelum Haris menguak ke publik soal pertemuannya dengan Freddy, dia mengaku telah berupaya berkomunikasi dengan presiden Jokowi. "Melalui Johan Budi saya sampaikan semua temuan itu. Sayang tidak ada kabar sama sekali," ujarnya.  Menurutnya, sebenarnya yang bisa menguak semua ini adalah pemerintah. Sebab, semua fasilitas memang dimiliki pemerintah. "Kalau disuruh membuktikan, saya sudah berupaya sebisanya. Tapi kalau mau kerjasama untuk membuktikannya, ayo kita bersama," tegasnya.  Kesaksian Haris Azhar soal kongkalikong Freddy Budiman dengan oknum aparat bisa jadi bukan isapan jempol. Sebab, pada awal Mei 2015 Jawa Pos sempat mendapat kabar bahwa Freddy diberikan fasilitas khusus oleh polisi yang mengawalnya ke Jakarta. Kebetulan, pada April 2015 dia diterbangkan ke Jakarta karena terungkap mengendalikan pabrik ekstasi di Tangerang. Pada akhir April 2015, Freddy diantar ke salah satu hotel di kawasan Jakarta Barat yang menyediakan fasilitas pijat plus. Saat berada di hotel itu, Freddy ditemani oleh seorang laki-laki. Bos narkoba itu masuk dengan seorang terapis, dan diantar oleh guest relation officer bernama Happy. "Saya tahu itu Freddy, wajahnya sering keluar di televisi," kata Happy. Tidak hanya Freddy, teman prianya yang belakangan mengaku polisi itu juga masuk ke kamar bersama perempuan lain. Di sana, polisi itu menyebut sedang bertugas membawa seseorang yang akan dihukum mati. Datangnya Freddy ke tempat spa membuat heboh di kalangan terapis. Berdasar keterangan Happy, terapis sempat digoda teman-temannya karena telah memberi servis plus pada orang yang akan mati. "Iya, jadi omongan di kamar ganti karena dia masuk sama bandar narkoba," ucapnya. Kedatangan Freddy ke tempat spa itu ditengarai bukan yang pertama. Sebab, dia merasa familiar dengan wajah Freddy di tempat kerjanya. Namun, dia tidak berani memastikannya. Yang pasti, kedatangan Freddy saat itu tidak salah lagi. "Iya, itu dia. Tidak salah lagi," ucapnya. Terapis lain yang menjadi saksi kedatangan Freddy adalah Vivi. Sepengetahuannya, kamar Freddy dan temannya bersebelahan. Dia juga membenarkan kalau kedatangan bandar besar itu jadi omongan. "Katanya, Freddy minta main dua kali," jelasnya.  Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan bahwa seharusnya semua itu dibuktikan. Tentunya, agar tidak hanya menjadi fitnah. "Saya sudah komunikasi juga dengan Haris. Kami akan bertemu," paparnya.  Yang utama, Polri siap untuk berupaya menemukan adanya permainan permainan tersebut. Sehingga, nantinya akan ada perbaikan bersama. "Ya, kalau ada indikasi tentu akan dilihat," jelasnya.  (idr/dim/dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: