Wisatawan Keluhkan Sistem Tiket Terusan - Masuk Pancuran Tujuh Bayar Tiket Dua Kali
- Viral Kekecewaan Surat Terbuka di Facebook - Bahkan, Bayar Parkir Dua Kali PURWOKERTO-Surat terbuka yang ditulis Kang Ryan Martian di akun media sosial facebook pribadinya, mengenai mahalnya tiket terusan ditambah tarif parkir di tempat wisata yang ada di area Baturraden, langsung viral. Bahkan, hingga kemarin sore, dalam waktu kurang dari 24 jam tulisan tersebut diposting, sudah ada 4.700 yang menyukai, 5.300 komentar, dan 3.600 kali dibagikan. Dalam status tersebut, Kang Ryan Martin yang berasal dari Bandung dan tinggal di Purwokerto sangat mengeluhkan dan kecewa atas berbagai layanan publik wisata yang ada. "Saya heran dengan pengelola wisata alam di Baturraden, sudah lama sebetulnya tapi puncaknya adalah hari ini saya mencoba untuk menuliskan kekecewaan saya. Semoga ada yang bisa menyampaikan kepada pengelola atau membagikannya supaya dibaca oleh yang berwenang," katanya dalam akun facebooknya. LANGSUNG DIBAHAS : Jajaran Dinporabudpar Banyumas bersama jajaran wisata termasuk PT Palawi dan Kebun Raya Baturraden langsung menggelar rapat. (Lely/Radarmas) Kepada Radar Banyumas semalam, dia menjelaskan mengajak keluarga untuk berlibur Minggu (1/7) di salah satu lokasi wisata Banyumas, tepatnya pancuran 7. Dirinya diharuskan membayar tiket masuk di Pintu Gerbang PT Palawi yaitu di pintu masuk Wanawisata Baturraden. Tiket dengan rincian tiket masuk lokasi 10.000/orang . Tiket masuk pancuran 7 (masih di dalam lokasi) 13.000/orang . Kendaraan 10.000/kendaraan. Dia pun menyampaikan bahwa niat hanya ke area pancuran 7 (P7). "Dijelaskan bahwa untuk masuk P7 berlaku tiket terusan yakni seperti yang tertera di Poin 1 dan 2, adapun yang 10 ribu adalah biaya parkir kendaraan," kata dia. Meskipun dia masih bingung dengan ide tiket terusan yang dimaksud, karena di beberapa lokawisata yang pernah di datangi yang dimaksud tiket terusan adalah tiket untuk masuk ke seluruh wahana, artinya dengan biaya tertentu bisa masuk ke seluruh wahana. "Lah ini kok ada tiket terusan hanya untuk ke P7. Karena tujuan awalnya rileks, gak mau ribut dan ribet maka saya gak teruskan pertanyaan dan komplain, saya bayar dan lanjut meluncur ke lokasi, total yang saya bayar untuk 7 orang plus parkir roda 4 sebesar 171.000," katanya. Tak cuma itu saja, setelah masuk dan berjarak satu kilo, dia dihadang lagi oleh juru tiket. Dituliskan dia, mengatasnamakan pengelola Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden, menanyakan tujuan. Tak mau berlama-lama dia pun menyampaikan tujuannya. " Rupanya yang bersangkutan hendak meminta pembayaran tiket kepada saya, saya sampaikan bahwa saya sudah bayar tiket di pintu gerbang, bahkan bayar tiket terusan. Tujuan saya biar saya tidak diganggu dengan urusan bayaran tiket tiket lainnya. Petugas menjelaskan kalo tiket ini harus dibayarkan karena saya melintasi kebun raya. Lah kalo saya sudah bayar tiket terusan ngapain saya harus bayar lagi? Lagian saya gak berencana ke Kebun Raya yang menurut saya konsep wisatanya masih belum jelas?," katanya. Namun, sebut dia, dengan santai petugas menyampaikan kalau pengelola Kebun Raya berbeda dengan pengelola tiket yang didepan. "Sejujurnya saya semakin kecewa dengan statement petugas ini, sangat sangat kecewa, bagaimana bisa untuk masuk ke sebuah tempat wisata saya harus membayar 3 tiket masuk?," tegasnya. Menghadapi hal ini, dia pun semakin bertanya-tanya tentang yang dimaksud dengan pengelola dengan tiket terusan. Selain itu dia makin heran kenapa harus membayar tiket melintas Kebun Raya padahal sebelumnya sudah membayar tiket melintas yang besarnya Rp 10.000/orang. "Gak mau berlama lama, Saya bayar 5 tiket (padahal di kendaraan ada 7 orang), yang penting saya bisa melintas, setelah 3 km berjalan melintas jalan yang semi off-road, akhirnya saya sampai ke pintu gerbang P7," kata dia. Tak berhenti di situ saja, seperti yang sudah dia duga sebelumnya, dirinya masih diharuskan membayar parkir kendaraan roda 4. "Berarti saya diharuskan 2 kali bayar parkir. Ini bukan tentang uang, mendatangi tempat wisata memang bersiap mengeluarkan uang, tapi saya bicara tentang regulasi, tentang aturan yang tidak jelas, tentang tata kelola, tentang ketidakmampuan pemerintah melindungi warganya, tentang Indonesia yang saya cintai, tentang revolusi mental yang gagal," ujarnya dalam penutup surat tersebut. (ely/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: