Jaringan Terorisme Sasar Komunitas

Jaringan Terorisme Sasar Komunitas

Didominasi Generasi Muda PURWOKERTO-Terorisme menjadi perhatian dunia beberapa tahun terakhir. Bahkan di Indonesia, khususnya di Banyumas, aksi terorisme sempat terjadi April 2017 lalu, saat Mapolres Banyumas diserang pelaku teror dengan hanya menggunakan parang. Terorisme yang semakin berkembang ini perlu diantisipasi sejak dini. Terutama perkembangan pada jaringan-jaringan terorisme yang semakin berkembang seiring kemajuan teknologi. Pengamat Isu Terorisme, sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie mengungkapkan, perkembangan teknologi ikut berkontribusi dalam komunikasi yang dilakukan jaringan terorisme. Dan saat ini pelaku-pelaku terorisme mulai masuk pada jaringan komunitas/kelompok. "Sekarang kecenderungan terorisme masuk di tengah-tengah komunitas/kelompok. Sehingga perlu diantisipasi sejak dini jika ada perubahan-perubahan dalam suatu komunitas/kelompok," kata dia. Disebutkan, terorisme tersebut semakin kuat dan berkembang, karena mereka mendapat dukungan dalam satu konteks di beberapa komunitas. Sebagai contoh penggunaan medsos yang kemudian menjadi viral. "Misalnya ada peristiwa pengebomam atau terorisem. Maka akan muncul semacam doktrin di medsos, kalau itu dikaitkan dengan Amerika atau lainnya. Sehingga masyarakat akan berpikir kalau itu salah dari pemerintah atau salah dari negara lain. Sehingga ikut menyebarkannya," jelas dia. "Terorisme saat ini tidak jauh dari kehidupan bermasyarakat. Terorisme ada di sekitar kita, karena mereka berbaur," lanjut dia. Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigadir Jenderal (Pol) Ir Hamil ME menambahkan, sejak tahun 2000 sampai 2017 ini, setidaknya sudah ada 16 kasus terorisme di Indonesia. Rata-rata pelaku teror tersebut didominasi anak-anak muda. Dia juga menekankan terorisme bukan merujuk pada suatu agama, karena tidak ada agama yang menyuruh umatnya untuk melakukan hal tersebut. Meski demikian memang ada penganutnya yang ekstrem dalam memahami ajaran agamanya. "Yang paling menonjol, terorisme cenderung muncul di daerah-daerah konflik. Sehingga saat ini daerah konflik sangat berpengaruh terhadap ancaman terorisme di Indonesia," kata dia. Disebutkan, hal itu tidak aneh, mengingat salah satu ciri pelaku teror yakni menyukai adanya konflik. Sehingga konflik sekecil apapun bisa menjadi besar kalau dimasuki para pelaku teror tersebut. "Dan disini sangat penting menjaga kerukunan di masyarakat. Sehingga terorisme juga kesulitan untuk masuk," jelas dia. Kepala Kesbangpol Banyumas, Setia Rahendra menegaskan sampai saat ini Kabupaten Banyumas masih cukup kondusif. Meski ada beberapa kejadian yang mengarah pada terorisme, juga dilakukan oleh orang-orang di luar Banyumas. Dikatakan, beberapa waktu lalu, sebanyak 35 orang juga diamankan di Cendana Baturraden. Meski hal itu berkaitan dengan isu pembekuan ormas (HTI, red) namun Kabupaten Banyumas tetap melakukan pengawasan, guna mengantisipasi hal-hal yang mengganggu kondusivitas di Banyumas. Setia menjelaskan untuk sementara ini pendekatan yang dilakukan terhadap seluruh komunitas atau kelompok yang ada di Banyumas masih bersifat kekeluargaan. Mereka juga sudah diberikan penjelasan untuk melakukan pemberitahuan terlebih dahulu jika memang ada kegiatan kumpul-kumpul. Karena dikhawatirkan dapat menimbulkan keresahan di masyakarat. "Kami juga akan tetap berupaya meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan di masyarakat. Sejauh ini Kesbangpol tetap melakukan monitoring, yang dikoordinasikan dengan camat, danramil, kapolsek, hingga kades, di masing-masing wilayah," jelasnya.(bay)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: