Harga Pertalite Kembali Naik
Januari-Maret Sudah Naik Dua Kali PURWOKERTO- Masyarakat yang biasa menggunakan bahan bakar jenis Pertalite, mungkin tidak sadar jika per Selasa (21/3) kemarin, PT Pertamina (Persero) kembali menaikan harga. Kenaikan memang tidak seberapa. Dari sebelumnya Rp 7.350, naik sebesar Rp 50, menjadi Rp 7.400. Namun, untuk jenis Pertamax, Pertamax Plus dan Pertamax Turbo tidak ada perubahan. Dimas Prabowo/Radar Banyumas Area Manager Communication dan Relation Pertamina Jawa Bagian Tengah, Andara Titi Lestari mengatakan, jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertalite dan beberapa jenis bbm lainnya tidak mendapat subsidi pemerintah. Sehingga, penentuan harga disesuaikan dengan harga di pasar internasional atau harga minyak dunia. "Kenaikan dilihat dari fluktuasi harga minyak dunia. Kalau fluktuasinya naik, ya memang ada penyesuaian. Kalau menurun juga ada penyesuaian. Nah kebetulan ini ada kenaikan harga minyak secara internasional, makanya ada penyesuaian dari harga pertalite. Untuk yang sekarang emang ada kenaikan Rp 50, tapi itu tidak terlalu signifikan dari sebelumnya," jelasnya saat dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (21/3). Dengan kenaikan kali ini, sejak awal 2017 ini, Pertamina sudah menaikan harga pertalite dua kali. Per 5 Januari lalu, harga BBM, seperti Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus mengalami kenaikan Rp 300. Menurut Andara Titi Lestari, dalam menetapkan kenaikan harga BBM, Pertamina telah melalui proses yang cukup panjang. Salah satu bahan pertimbangan, yakni melihat kondisi di lapangan. "Kita tidak bisa langsung memutuskan kenaikan, tetapi melihat psikologi daya beli dari masyarakat dulu. Kita tidak bisa jor-joran menaikan dari sekian ke sekian. Masih banyak yang perlu dipertimbangkan dari pertamina. Apalagi kenaikan kali ini hanya Rp 50 dan tidak berpengaruh dengan kebutuhan pokok lainnya," katanya. Ketua Hiswana Migas Banyumas, Anas Pribadi menilai kenaikan BBM jenis pertalite kali ini wajar terjadi, sebab merupakan bbm non subsidi atau tidak mendapat subsidi dari pemerintah. "Ya ndak papa itu kan sudah non subsidi. Kalau non subsidi setiap dua minggu sekali kan ada evaluasi, bisa naik, bisa juga turun. Memang dari dulu namanya BBM yang tidak di subsidi itu bebas naik dan turun," katanya dikonfirmasi terpisah. Anas mengatakan, pihaknya tidak mempersoalkan kenaikan tersebut, asalkan kebutuhan BBM saat ini masih tetap terpenuhi. "Yang penting barangnya ada. Tinggal kita merubah harga di dispenser kita saja, ya sudah," tandasnya. Sementara itu, Manager SPBU Ovis, Waluyo SPd menyatakan jika kenaikan pertalite terjadi sejak pukul 00.00 WIB, Senin (20/3) kemarin. Selama kenikan ini, kata dia, belum ada masyarakat yang mengeluh. Sebab menurutnya, kenaikan kali ini tidak terlau besar, sehingga tidak mempengaruhi jumlah pembeli di SPBU Ovis. "Tidak ada keluhan. Jumlah pembeli juga tidak berubah, tetap banyak. Distribusi pertalite di sini juga masih tetap, sehari sekitar 14 sampai 16 kilo liter," ujarnya. Menanggapi hal itu, Indra (28) salah satu pelanggan pertalite mengatakan jika kenaikan kali ini tidak terlalu terasa. Namun apabila kenaikan seperti saat ini terus terjadi, dikhawatirkan banyak masyarakat yang berali ke BBM jenis lain yang lebih baik. "Ndak terasa sih, karena cuma 50 rupiah. Tapi kalau terlalu sering naik, bisa-bisa harganya mendekati pertamax (bbm dengan oktan yang lebih baik), nanti yang ada malah pada lari ke pertamax semua," katanya. (why/acd) Kenaikan Harga BBM 2017 Jenis BBM akhir 2016 5 Januari 21 Maret Pertalite 7.050 7.350 7.400 Pertamax 7.750 8.050 8.050 Pertamax Plus - 8.750 8.750 Pertamina Dex - 8.500 8.500 Dexlite - 7.200 7.200 Sumber: Diolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: