Arif Budi, Pemain Band yang Beralih Jadi Tukang Servis Gitar

Arif Budi, Pemain Band yang Beralih Jadi Tukang Servis Gitar

Mencari tukang servis gitar bisa dibilang gampang-gampang susah. Seperti di Purwokerto ini, cukup banyak jasa yang menawarkan servis gitar. Namun ada satu tempat yang cukup banyak konsumennya, yakni servis gitar milik Arif Budi. REZA ABINERI, Purwokerto Siang itu, sinar matahari tidak terlalu terik. Gang di sekitar daerah Kebondalem sepi dari suara bising kendaraan. Tujuan Radarmas menuju rumah Budi -begitu lelaki 42 tahun ini biasa disapa-, salah satu tukang servis gitar di Purwokerto. perajin-gitar SERVIS GITAR: Arif Budi saat memperbaiki gitar di bengkel miliknya Tidak sulit menemukan rumah Budi, karena ada gitar kopong yang tergantung didepan rumahnya. Rumah dengan bale berbahan bambu mengitari rumah yang berbentuk huruf U tersebut. Terlihat gitar tergantung di beberapa sudut rumah. Meski banyak juga peralatan musik lain yang berjejer di beberapa sudut. Budi pun menceritakan pilihan hidupnya menjadi tukang servis gitar kepada Radarmas. "Dulu saya main band khusus aliran rock. Gitar jadi alat musik yang paling saya sukai. Akhirnya saya belajar seluk beluk gitar. Hingga di tahun 1992, saya berhenti main band karena saya malah lebih tertarik untuk menangani gitar yang rusak," tuturnya sambil tersenyum. Hampir 24 tahun Budi menggeluti servis gitar, tak heran bila konsumennya cukup tersebar dan tidak hanya dari Banyumas saja. "Ada yang dari Kebumen, Purworejo, bahkan orang Jakarta," terangnya. Menurut Budi, di tengah persaingan yang cukup ketat, sebagai pemilik jasa harus pintar-pintar memuaskan konsumennya. Salah satunya dengan menjalin komunikasi yang akrab dengan pelanggannya. Bagi Budi, berbisnis bukan hanya sekedar mencari materi. Tapi juga pertemanan dan kepercayaan. "Cara ini saya pakai. Ternyata banyak pelanggan yang datang lagi," tuturnya. Budi juga selalu meminta lebih baik konsumennya datang langsung, agar bisa mengetahui keinginannya. "Ini juga untuk membaca karakter. Sehingga saya lebih baik memposisikan sebagai yang "salah", karena setiap orang butuh didengar," imbuh dia. Hingga saat ini, sudah ribuan gitar yang ditangani. Mulai gitar listrik, akustik, dan alat musik lainnya. Bahkan terkadang, banyak gitar yang sudah bertahun-tahun tidak diambil. "Banyak yang datang minta servis, tapi bertahun-tahun nggak diambil. Bahkan ada yang sampai delapan tahun," ujarnya. Untuk membuat hasil pekerjaannya memuaskan, Budi kadang berdiskusi dengan teman-teman pembuat gitar untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Menurutnya, banyak pembuat gitar hanya fokus pada proses awalnya. Sementara ketika di akhir pembuatan kurang rapi. "Saya selalu memotivasi kepada teman-teman agar membuat gitar yang berkualitas, karena bagaimanapun ini menyangkut pelayanan kepada konsumen," pungkasnya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: