Camp Nou Memegang Kunci
LONDON – Camp Nou memunculkan deja vu untuk klub-klub Italia di Liga Champions lagi. Musim lalu, Barcelona memberi Juventus jalan lolos ke fase grup setelah membekuk Sporting CP 2-0 pada matchday terakhir. Di laga lain, Juve mengalahkan Olympiacos dengan skor yang sama. Nah di musim ini, Inter Milan yang akan memimpikan jalan seperti La Vecchia Signora. Tentu dengan mengharap Tottenham Hotspur terpeleset di tangan Barcelona saat 12 Desember. Sementara, Nerazzurri menjamu PSV Eindhoven di Giuseppe Meazza, Milan. ''Kami mencoba mengalahkan PSV, lalu tinggal menunggu apa yang terjadi di Camp Nou,'' klaim winger kanan Inter Mateo Politano, dikutip Sempreinter. Drama pada 10 menit terakhir di Wembley Stadium, London, kemarin WIB (29/11) jadi penentu terbukanya deja vu itu. Sebab, andai Christian Eriksen tidak membobol gawang Samir Handanovic pada menit ke-80, maka Mauro Icardi dkk-lah yang berhak menemani Barca lolos ke 16 Besar dari Grup B Padahal, anak asuh Luciano Spalletti itu hanya butuh imbang untuk lolos. ''Namun kami sudah tahu Tottenham sedang dalam kondisi terbaiknya,'' lanjut winger pinjaman dari Sassuolo itu. ''Ini tentang psikologis kami sendiri. Kami tak perlu bergantung kepada Barca dulu,'' lanjut gelandang Inter Borja Valero, kepada Sky Italia. Inter memang harus menang dan berharap The Lilywhites tumbang. Bukan malah sama-sama menyudahi fase grup dengan hasil imbang. Karena, dengan poin sama-sama tujuh seperti setelah matchday 5 kemarin, Inter sudah kalah selisih gol tandang dengan tim asuhan Mauricio Pochettino tersebut. Satu gol kemarin jadi kuncinya. Dalam duel di Milan, Hugo Lloris dkk mencuri satu gol tandang. Spurs kalah 1-2. Satu gol itu pun datang dari Eriksen. ''Saya merasa beruntung pernah melakukannya (menjebol gawang Inter), dan ini menjaga peluang kami,'' sebut Eriksen, seperti dilansir London Evening Standard. Kebetulan, pemain yang dijuluki Golazo itu belum pernah ketemu Barca. Pada leg yang pertama di London 4 Oktober lalu, gelandang timnas Denmark itu absen setelah terkena cedera perut kronis. ''Senang bisa ke sana (Camp Nou) dan selalu berharap bisa menciptakan gol lagi,'' tambah Eriksen. Yang paling emosional tentu saja Pochettino. Karena, Catalan pernah memberikan kisah tersendiri dalam karir melatih Poche. Di sana, karir Poche sebagai entrenador dimulai bersama Espanyol ketika musim panas 2009. Dia tiga musim di sana. Periquitos -julukan Espanyol- pun rival berat Barca sebagai sesama klub Catalan. Setelah pergi ke tanah Britania pada musim panas 2013 ke Southampton, ini untuk yang pertama kalinya Poche datang ke Camp Nou. Terakhir kali datang ke sana, dia melihat klubnya dihajar Barca empat gol tanpa balas dalam jornada 37 La Liga 2011-2012. Poche tak takut jika petaka itu terulang. Begitu bencinya mantan bek Espanyol saat 1994-2001 dan 2004-2006 itu kepada Barca, dia ingin membungkam Camp Nou dengan terhormat. ''Saya tidak mengharapkan kado apapun dari Barca,'' koar Poche. ''Saya tak pernah bilang itu (menang) misi yang tidak mungkin. Sebab di sepak bola, tidak ada yang tidak mungkin,'' sambungnya. Selama menangani Espanyol, baru sekali Poche mempermalukan Barca. Tepatnya pada jornada 24 La Liga 2008-2009. (ren/dns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: