Difteri, Bukti Kelalaian Program Imunisasi
Terjadinya kasus difteri di sejumlah daerah di Indonesia dinilai merupakan bentuk kelalaian pemerintah dalam menjalankan program imunisasi nasional. Kerusakan tempat penyimpanan vaksin di sejumlah daerah, membuat jumlah vaksin yang tersedia terbatas. Anggota Komisi IX DPR RI, Amelia Anggraini saat integrasi Kampung KB di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara, Senin (18/12) mengatakan, jika pemerintah serius, kasus difteri di Indonesia bisa dicegah. IMUNISASI Siswa SD Negeri 6 Somawangi Kecamatan Mandiraja diimunisasi agar terhindar dari serangan penyakit difteri. (DARNORADARMAS) Edukasi mengenai imunisasi difteri juga masih kurang. Sehingga sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum memahami akan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit tersebut. “Sehingga perlu dilakukan sosialisasi melalui Puskesmas-Puskesmas maupun media lainnya. Ini yang masih menjadi PR pemerintah,” ungkapnya. Dia juga meminta vaksin harus disimpan dengan baik. Sehingga ketika dibutuhkan, tersedia vaksin sesuai jumlah yang dibutuhkan. Namun, kenyataannya tempat penyimpanan vaksin di sejumlah daerah di Indonesia mengalami kerusakan, sehingga vaksin yang disimpanpun menjadi rusak.Dia juga meminta pemerintah merencanakan imunisasi nasional dengan lebih baik dan terprogram. Dengan begitu, kasus difteri tidak terulang. Apalagi anggaran yang disediakan besar, mencapai Rp 1,8 trilyun. Menurut dia, edukasi kepada masyarakat juga harus ditingkatkan. Sebab sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menolak divaksin. Kepala Puskesmas I Mandiraja, Nuruddin AG mengatakan, sehubungan dengan ditetapkannya KLB di beberapa provinsi di Indonesia, pihaknya meningkatkan sosialisasi pentingnya imunisasi kepada masyarakat. Harapannya bisa mencegah terjadinya kasus KLB seperti di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Banten dan DKI. Langkah mencegah difteri juga dilakukan dengan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). "BIAS tiap tahun ada dan sudah dilaksanakan sejak lama. Imunisasi dilakukan pada siswa kelas 1 dan 2 SD. sedangkan pada bayi yaitu usia 2, 3, 4 dan 18 bulan," ujarnya. (drn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: