Serapan Bright Gas di Banjarnegara Masih Rendah

Serapan Bright Gas di Banjarnegara Masih Rendah

PNS dan Warga Mampu Pilih Gas Melon BANJARNEGARA - PNS dan masyarakat mampu masih banyak yang menggunakan elpiji tiga kilogram atau gas melon yang disubsidi pemerintah. Padahal Pertamina telah meluncurkan bright gas yang ditujukan untuk PNS dan orang kaya. DISTRIBUSI : Seorang pekerja sedang menata tabung gas yang akan didistribusikan untuk bulan Maret. Namun serapannya masih rendah dan belum sesuai harapan. Koordinator Gas Elpiji Banjarnegara, Supono menjelaskan saat ini serapan bright gas berkisar 700 sampai 1.000 tabung per bulan. Supono mengatakan, elpiji tiga kilogram adalah bahan bakar bersubsidi untuk masyarakat miskin. Agar subsidi tepat sasaran, Pertamina meluncurkan prodak baru elpiji brigt gas dengan berat ukuran 5,5 kilogram. "Bright gas diluncurkan untuk menggantikan penggunaan elpiji tiga kilogram yang selama ini dipakai PNS dan keluarga tidak miskin," paparnya. Karena elpiji tiga kilogram untuk masyarakat miskin, PNS dan mereka yang mampu diharapkan kesadarannya untuk beralih ke produk baru tersebut. Dia mengakui, serapan bright gas sangat jauh jika dibandingkan serapan bahan bakar gas bersubisidi. Apalagi pada musim penghujan seperti saat ini. Sebab pada bulan-bulan basah, konsumsi gas elpiji meningkat. Naiknya permintaan ini sebenarnya merupakan siklus tahunan. Masyarakat yang biasanya menggunakan kayu bakar, beralih menggunakan ke bahan bakar gas. Sebab kayu bakar tidak bisa diandalkan untuk memasak karena susah kering. Untuk mengantisipasi kelangkaan, pihaknya mengajukan kouta tambahan untuk elpiji tiga kilogram. "Untuk bulan Maret, Kabupaten Banjarnegara mendapatkan tambahan elpiji sebanyak 46.608 tabung dari jumlah kuta reguler 419.472 tabung," jelasnya. Dengan tambahan ini, maka elpiji yang disalurkan untuk Kabupaten Banjarnegara pada bulan Maret menjadi 466.080 tabung. Supono berharap serapan bright gas meningkat dan mencapai 5.000 tabung per bulan. Oleh karena itu pihaknya melakukan sosialisasi dari desa ke desa dan kepada pengelola pangkalan. "Sampai saat ini sosialisasinya belum sampai ke konsumen," imbuhnya. (drn/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: