Cuaca Ektrim Diprediksi Naungi Banjarnegara Sampai April

Cuaca Ektrim Diprediksi Naungi Banjarnegara Sampai April

Warga Dihimbau Terus Waspada BANJARNEGARA – Warga yang tinggal di daerah rawan bencana diminta terus waspada terhadap ancaman tanah longsor. Sebab cuaca ekstrim diprediksi masih terus terjadi hingga April mendatang. PANTAU : Petugas di kantor BMKG Banjarnegara mementau prediksi cuaca ekstrem, Kamis (9/3). Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Teguh Rahayu mengatakan, hujan lebat disertai angin kencang masih terus terjadi hingga bulan April. Namun intensitas mulai berkurang dari bulan Januari lalu. “Sampai bulan Maret intensitas hujan di Banjarnegara masih tinggi meski cenderung menurun. Sedangkan memasuki bulan Mei, diprediksi sudah masuk pancaroba,” jelasnya, Kamis (9/3). BMKG menghimbau agar warga tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan seperti bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang dan kondisi jalan yang menjadi licin. “Untuk Banjarnegara, kondisi cuaca ini merata di semua kecamatan. Tetapi untuk wilayah utara memang harus lebih hati-hati, karena selain banyak kondisi tanah yang labil, juga banyak pohon-pohon besar,” tegasnya. Dia juga mengingatkan, meski ke depan intensitas hujan mulai berkurang, namun kandungan air dalam tanah masih tinggi. Jika diguyur hujan meski tidak lebat, tetap menjadi ancaman serius. “Apalagi jika hujannya masih lebat dan disertai angin,” ungkapnya. Menurut dia, memasuki bulan Juni sudah memasuki musim kemarau. Namun musim kemarau ini cenderung normal tidak seperti musim kemarau yang terjadi di tahun 2015 lalu yang menyebabkan kekeringan di beberapa tempat. “Di tahun 2015 karena efek El Nino, terjadi musim kemarau yang menyebabkan kekeringan di mana-mana. Sedangkan di tahun 2016 saat La Nina memicu hujan sepanjang tahun atau disebut kemarau basah,” paparnya. Selain cuaca, warga juga harus menghindari hal-hal yang dampat memancing terjadinya bencana, contohnya pembangunan yang memperhitungkan resiko dan tidak beradaptasi dengan alam. “Selain karena faktor cuaca, kondisi geografis ulah manusia juga dapat memicu terjadinya bencana alam. Contoh lain yakni penembangan pasir saat hujan lebat dapat mengakibatkan terjadi limpasan permukaan, ehingga dapat mengakibatkan banjir dengan cepat,” tegasnya. (uje/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: