Rahadian Hari Desainer Mascot Pilkada, Pilih Dawet Ayu agar Partisipasi Pemilih Tinggi

Rahadian Hari Desainer Mascot Pilkada, Pilih Dawet Ayu agar Partisipasi Pemilih Tinggi

Siapa yang tidak mengenal dawet ayu sebagai minuman khas Banjarnegara. Dengan dipilihnya sebagai maskot Pilkada 2017 mendatang, diharapkan mampu menggenjot partisipasi pemilih. UJE HARTONO, Banjarnegara MENJADI komisioner KPU Banjarnegara Divisi Hukum, tidak membuat Rahardian Hari berhenti menyalurkan hobinya di dunia seni. Dunia desain grafis yang telah digelutinnya sejak duduk di bangku kuliah di Universitas Muhammadyah Yogyakarta (UMY) dulu, ternyata tidak sia-sia. PERNAK-PERNIK PILKADA: Rahadian Hari berfoto bersama dengan si Dayu yang merupakan mascot Pilkada Terbukti Menjelang Pilkada, Hari begitu Dia akrab disapa, tidak hanya berkutat mengurus persoalan hukum, namun juga bagaimana menyampaikan pesan melalui seni. Misalnya saat menyampaikan tahapan-tahapan Pilkada, dia menilai pesan akan lebih mudah diterima masyarakat jika didesain semenarik mungkin, termasuk dengan maskot Pilkada yang menggunakan minuman khas Banjarnegara. “Dawet Ayu sudah terkenal baik di dalam maupun di luar Banjarnegara. Jadi, kenapa kita tidak mendompleng ketenaran dawet ayu untuk membantu sosialisasi soal Pilkada kepada pemilih,” kata pria 35 tahun itu kepada Radarmas. Hari mengakui, untuk membuat desain Maskot Pilkada yang diberi nama si Dayu (Dawet Ayu) ini tidak membutuhkan waktu lama. Namun dia mengakui, saat dilakukan uji publik dengan berbagai tokoh masyarakat masih perlu ada perbaikan kecil. Pria yang juga hobi mendengarkan musik rock ini, berharap dengan adanya si Dayu sebagai maskot Pilkada mampu mendongkrak partisipasi pemilih. Dalam pilkada tahun 2017 nanti, KPU menargetkan 77 persen partisipasi pemilih. Sementara saat Pilpres lalu jumlah partisipasi masyarakat di Banjarnegara masih 69,8 persen. Dia menilai, delama ini, faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat lantaran banyak pemilih yang bekerja di luar daerah. Misalnya saja di Kecamatan Punggelan yang tercatat sebagai kecamatan terendah untuk partisipasi masyarakat di Pilpres lalu. “Di Punggelan memang banyak warganya yang bekerja di luar daerah. Nah saat tiba pencoblosan, tidak pulang,” ungkapnya. Melihat kondisi ini, KPU akan menyasar daerah-daerah pinggiran untuk melakukan sosialisasi. Namun agar tepat sasaran, sosialisasi ini dilakukan sesuai karakter masing-masing daerah. Misalnya saja dengan pengajian, pemutaran film atau cara lainnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: