Gelombang Jadi Ancaman, Banjir Sidareja Sulit Diatasi

Gelombang Jadi Ancaman, Banjir Sidareja Sulit Diatasi

RUSAK : Tanggul dan bangunan di Pantai Kamulyan, menjadi salah satu sarana yang rusak akibat bencana gelombang tinggi beberapa bulan. Hingga sekarang, kerusakan belum diperbaiki. NASRULLOH/RADARMAS CILACAP-Empat kejadian bencana gelombang tinggi di enam kecamatan dan enam kelurahan/desa di Cilacap beberapa bulan lalu, merupakan yang terbanyak dalam lima tahun terakhir.Akibat gelombang tinggi tersebut, sedikitnya 61 warung, 4 tempat ibadah, dan 16 perahu rusak. "Jumlah kerugian materiil akibat gelombang tinggi beberapa bulan lalu cukup tinggi, yakni Rp 12,09 miliar," ujar Plt Kabid Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Cilacap, Arif Praptomo, Selasa (11/12). Selain warung, tempat ibadah dan perahu rusak, gelombang tinggi juga telah merusak banyak tanggul di sepanjang pesisir pantai Cilacap. Akibat gelombang tinggi tersebut, abrasi juga tidak bisa dihindari. "Gelombang tinggi beberapa bulan lalu termasuk yang paling ganas. Banyak tanggul yang rusak dan roboh membuktikan, hantaman gelombangnya cukup keras dan kencang," ungkapnya. Banyak faktor kenapa gelombang tinggi yang disertai angin kencang tersebut bisa begitu keras. Saat itu memang ada putaran angin dari Australia yang masuk ke sebagian wilayah indonesia. Keberadaan pepohonan di pesisir pantai, menurutnya bisa menjadi salah satu solusi meminimalisir abrasi saat gelombang tinggi datang. "Tidak adanya pepohonan di pesisir membuat dampak kerusakan bisa lebih parah ketika gelombang tinggi datang," ungkapnya. Beberapa upaya dilakukan BPDB Cilacap untuk mengantisipasi gelombang tinggi sejauh ini. Diantaranya pemasangan brojong atau serat kelapa yang dianyam dan di pasang sepanjang pesisir. "Harapannya dengan pemasangan brojong di pesisir tersebut, abrasi tidak separah saat terjadi gelombang tinggi beberapa bulan lalu," jelasnya. Sementara itu, banjir yang selalu menggenangi pusat Kecamatan Sidareja, sulit ditangani secara permanan. Ada sejumlah alasan kuat yang mendasarinya. Jika faktor utama ini tidak diatasi, maka warga Kecamatan Sidareja akan selalu lekat bencana tersebut tiap kali musim penghujan. "Harus ada langkah jangka panjang," ujar Camat Sidareja, Budi Narimo. Dia menjelaskan, ada 3 faktor penyebab banjir. Pertama adalah topografi wilayah ini yang sangat rendah. Air dari pegunungan di Kecamatan Sidareja, Cipari dan sebagian Gandrungmangu, akan masuk ke sana. Air ini mengiktiu aliran sungai yang mayoritas bermuara di Sungai Cibeureum. (nas/har/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: