60 Burung Endemik Australia Mampir di Cilacap

60 Burung Endemik Australia Mampir di Cilacap

Dalam Asian Waterbird Census 2018 CILACAP-Pengamatan burung air dilakukan Kelompok Biodiversity Society dalam acara Asian Waterbird Census 2018 (AWC), Minggu (14/1). AWC sendiri merupakan bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang bersifat global. Yaitu sebuah kegiatan rutin tahunan dengan basis jaringan kerja yang bersifat sukarela dan dilakukan setiap minggu ke-2 dan ke -3 Januari setiap tahunnya. "Kegiatan ini menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung air serta lahan basah sebagai habitatnya," kata Koordinator Biodiversity Society Banyumas, Ari Hidayat dalam rilisnya ke Radar Banyumas. Dalam pendataan di wilayah pantai Cilacap, tepatnya di Pantai Welahan terlihat sekelompok burung besar seperti layang-layang dengan jumlah sekitar 60 ekor. Burung itu biasa disebut Cikalang Christmas (Fregata andrewsi) yang merupakan burung endemik pulau Christmas Australia yang statusnya kini terancam punah (Endangered). "Walau endemik, burung ini datang ke Indonesia bukan sedang bermigrasi, namun hanya bermain mencari makan dan singgah beberapa hari di beberapa laut Indonesia. Catatan yang istimewa karena baru kali ini burung Cikalang terlihat begitu banyak di Cilacap oleh para pengamat," kata Ari. Selama ini, Tim Biodiversity Society juga baru pernah melihat Cikalang di Cilacap dengan jumlah banyak karena sebelumnya hanya terlihat beberapa ekor saja. Selain Cikalang, catatan terbaru dalam pendataan tahun ini juga di temukan burung yang jarang dan baru terdata di Cilacap. Yaitu burung Terik Australia (Stiltia isabela). Burung dengan tubuh coklat yang hampir mirip pasir pantai itu ternyata burung migrasi dari negara lain dan singgah di Indonesia "Selain catatan spesies menarik diatas ternyata banyak juga burung burung lain yang terdata hari ini. Ada burung Cerek, Trinil, Raja Udang dan lain lain," katanya. Mewakili Tim Biodiversity Society, lahan basah di daerah Jawa Tengah seperti laguna, mangrove, rawa dan lainya turut mendukung kelestarian burung air. Ekosistem lahan basah di Indonesia turut menentukan kelangsungan hidup burung air dalam ketersediaan pakan. "Sehingga lahan basah sangat perlu dilestarikan, karenanya setiap tahun diadakan AWC untuk mengetahui perkembangan burung air dan ekosistem lahan basah," ujarnya. Kemarin, Biodiversity Society juga berkolaborasi dengan beberapa kelompok diantaranya MIPL (Mahasiswa Informatika Peduli Lingkungan), Mahasiswa Biologi Unsoed, Guru MTS,dan masyarakat umum. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: