Warga Masih Khawatir Dampak Cuaca Ekstrem

Warga Masih Khawatir Dampak Cuaca Ekstrem

Nelayan Diminta Waspada Gelombang Tinggi CILACAP-Meski masih aman dari dampak cuaca ektrem dengan terjadinya siklon tropis Cempaka, namun warga Cilacap masih khawatir dan cemas. Melihat banjir bandang di Gunung Kidul, Pacitan dan Ponorogo akibat dampak siklon tropis Campaka, membuat sebagian besar warga Cilacap merasa ngeri. Apalagi kota Cilacap berada sangat dekat dengna pantai. Stasiun Meteorologi Cilacap juga meminta masyarakat, terutama nelayan, mewaspadai gelombang tinggi dampak siklon tropis Cempaka. TIDAK MELAUT : Kapal nelayan di Pelabuhan Seleko untuk sementara dihimbau agar tidak melaut karena dampak siklon tropis Cempaka di Cilacap.Yudha Iman Primadi/Radarmas Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, tingginya gelombang di perairan selatan Cilacap akibat dampak siklus tropis Cempaka, sangat berbahaya terutama bagi nelayan-nelayan kecil yang ada di perairan selatan Cilacap sampai perairan selatan Jogjakarta. "Kami menghimbau seluruh nelayan Cilacap dan Jojakarta untuk hati-hati karena dampak adanya siklon tropis ini sangat dirasakan terhadap peningkatan ketinggian gelombang," ujarnya. Sejumlah warga, juga mengaku was-was dengan dampak siklon tropis Cempaka yang terjadi di berbagai daerah. “Gunung Kidul saja yang daerah pegunungan seperti itu bisa terjadi banjir bandang hingga menyebabkan beberapa rumah hanyut,”kata Muhamad Ashari (50), warga Cilacap. Meski beberapa hari ini merasa cemas, namun aktivitas warga di Cilacap masih terlihat normal. Meski begitu, banyak warga yang warga mempercepat kegiatannya di luar rumah dan menghindari tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan bahaya.“Untung alun-alun Cilacap masih aman dari potensi terjadinya pohon tumbang. Sebab pohon beringin di Cilacap sudah dilakukan rabasan, sehingga mengurangi resiko,”kata dia. Kepala UPT Dinas P dan K Jeruklegi, Supriyatno SPd MMPd, meminta kepala sekolah untuk menginstruksikan kepada semua guru agar mengingakan anak didik terkait dampak siklon tropis Cempaka. “Salah satunya dengan menjelaskan kepada siswa apa itu siklon tropis cempaka dan bagaimana dampaknya,”kata dia. Menurut dia, cara itu untuk meminimalisir terjadinya korban saat ada bencana. Namun dia berharap agar dampak siklon tropis Cempaka di Cilacap tidak sampai terjadi. Dia juga mengajak anak didiknya untuk berdoa bersama agar daerah-daerah yang terkena bencana bisa tabah dan segera keluar dari kesulitan. “Itu yang bisa kami lakukan untuk memberikan pendidikan tentang kebencanaan benar-benar untuk kewaspadaan,”ujarnya. Warga juga mengaku trauma dengan dampak cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Apalagi lima bencana angin puting beliung, terjadi di Cilacap sampai akhir November. Dari data BPBD Cilacap, dua unit rumah roboh, dua rusak berat dan 9 rusak ringan. Kerugian materil ditaksir mencapai Rp 41.600.000. Kepala Seksi Kegawatdaruratan BPBD Cilacap, Kodirin ketika ditemui Radarmas, Rabu (29/11) mengatakan, melihat pengalaman sebelum bencana angin puting beliung, umumnya terjadi pada bulan Februari sampai Mei. "Untuk korban jiwa alhamdulillah belum ada. Menurut dia, 8 Februari tercatat merupakan puting beliung terbesar dengan dampak kerusakan terbanyak. Kejadian di Wanareja. Namun pihaknya tidak mengetahui berapa kekuatan anginnya karena tidak punya alat pengukur. Dia menjelaskan, antisipasi masih berlangsungnya siklon tropis Cempaka dari BPBD salah satunya dengan membekali kepada masyarakat agar keluar dari rumah. "Usahakan pohon-pohon yang tinggi dan membahayakan ditebang terutama untuk pohon-pohon tua," jelas dia. Ancaman bencana alam, juga diprediksi akan mengalami kenaikan pada Desember ataupun Januari tahun depan. Karena puncak musim penghujan terjadi pada bulan-bulan tersebut. KOndisi itu dikhawatirkan menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir. Bencana alam ini bahkan sudah terjadi sesaat setelah memasuki musim penghujan. "Sekarang sudah sering terjadi longsor dan kemarin sudah muncul banjir di Kecamatan Wanareja. Kemungkinan bisa lebih banyak saat puncak musim penghujan nanti," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara melalui Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono. Dia mencontohkan, tanah longsor yang melanda seluruh wilayah kerja UPT BPBD Majenang, mulai dari Kecamatan Karangpucung hingga Dayeuhluhur. Di daerah itu sudah terjadi tanah longsor di beberapa desa dan menimbulkan kerugian material karena material tanah menimpa bangunan rumah. Selain itu, beberapa kejadian mengakibatkan jalan tertimbun longsor seperti yang terjadi di Desa Bingkeng, pertengahan November ini. "Longsor merata di lima kecamatan," kata dia. Karena itulah, pihaknya sudah menyiagakan seluruh personil. Seluruh personil ini memantau kelima kecamatan dengan melibatkan aparat kewilayahan. Disamping itu, koordinasi dengan instansi terkait, seperti TNI dan Polri, juga terus dilakukan. Demikian juga dengan kelompok relawan. Salah satu cara pemantauan tersebut dengan menggunakan grup di media sosial. "Koordinasi kita intensifkan," kata dia. Selain itu, pihaknya juga meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan meningat beberapa bencana terjadi pada malam hari. Langkah antisipasi ini diharapkan mampu menghindari korban jiwa. Disamping itu, warga juga diminta menghindari aktifitas di daerah rawan bencana, terutama tanah longsor. "Warga dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan," jelasnya. BPBD juga terus mempersiapkan sarana pendukung. Salah satunya adalah ketersedian stok bahan makanan dan juga bronjong. Alat ini sering diminta oleh pemerintah desa untuk menanggulangi tanggul jebol. "Kemarin ada kiriman bronjong dan akan didistribusikan ke desa yang membutuhkan," tandasnya. (yda/yan/har/din) .(yan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: