Perjuangan Remaja Cilacap Kumpulkan Receh Demi Melanjutkan Sekolah
Sempat Dilarang Orang Tua Perjuangan Andar Wahyuni (17), siswa kelas XII IPS 1 MA El Bayan agar bisa tetap sekolah, patut diacungi jempol dan apresiasi luar biasa. Dia dengan tekun dan sabar selama dua tahun terakhir, selalu menabung untuk mencicil biaya sekolah. Tabungan itu, Rabu (19/7) lalu dipecah di ruang administrasi. Tabungan berisi uang logam Rp 1000 ini harus dia hitung bersama dua orang temannya. "Semuanya ada Rp 1.380.000," kata Andar, Kamis (20/7) kemarin. Dia mengakui, uang recehan ini dia kumpulkan saat masih duduk di bangku kelas X, tepatnya pada akhir semester pertama. Tiap di tangannya ada uang logam pecahan Rp 1000, selalu disimpan dalam celengan berbentuk ayam berbahan plastik itu. Aktifitas ini baru dia hentikan saat celengan sudah penuh dan tidak muat lagi. "Pertengahan kelas satu mulai nabung uang logam di celengan," kata dia. Keputusan ini dia ambil karena orang tuanya kurang mendukung Andar untuk menuntut ilmu di bangku tingkat SLTA. Alasannya karena orang tua tidak punya biaya. Saat itu ayahnya belum memiliki pekerjaan dan hanya bekerja serabutan. Sementara ibunya hanya buruh tani. Otomatis penghasilannya sangat kecil hingga keluarga ini kondisinya serba kekurangan. "Dulu orang tua melarang saya sekolah karena tidak ada biaya. Dari situ saya bertekad ingin tetap sekolah tanpa membebani mereka dan mulai nabung," kata dara berparas manis ini. Saat naik kelas XI, dia mengalihkan tabungan dalam bentuk uang kertas dan disimpan dalam dompet khusus. Jika uang di dompet sudah banyak, langsung diserahkan ke petugas administrasi untuk menyicil uang sekolah. Seperti membayar baju seragam atau buku pelajaran tertentu. "Waktu kelas sebelas juga nabung tapi di dompet. Kalau sudah banyak buat bayar biaya sekolah," kata dia. Andar menambahkan, keputusan menabung itu dia lakukan setelah kedua orang tuanya, Khasbani dan Amanah, mulai luluh dan mengizinkannya sekolah. Izin ini dia peroleh setelah mendapatkan kakak dan kerabat, termasuk salah satu guru yang masih tetangga terus melobi Khasbani. Mereka juga bertambah yakin setelah pihak sekolah memastikan akan memberikan keringanan. "Orang tua akhirnya setuju saya tetap sekolah," ujarnya yang tetap terlihat ceria selama proses wawancara kemarin. Kepala Tata Usaha MA El Bayan, Nasihudin mengatakan, pihak madrasah sudah memberikan bea siswa kepada Andar meski tidak penuh. Bea siswa penuh ini hanya diberikan bagi anak yatim atau yatim piatu. "Kalau dia tidak penuh. Tapi dari awal kita beri keringan. Dia minta dibebaskan dari SPP. Kalau uang seragam, buku dan lainnya bisa di cicil sesuai kemampuan," jelasnya. Sayangnya, Andar tidak bisa mendapatkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari Kementrian Agama RI. Penerima bea siswa ini mensyaratkan penerimanya harus memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan justru tidak dimiliki oleh Andar. "Tidak dapat BSM karena syaratnya harus punya KIP," tandasnya.(har/din)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: