Tol Cilacap-Yogya Bikin Masyarakat Bingung
Hujan Sejam, Jalan Seperti Kolam Tol Dikerjakan Pihak Ketiga CILACAP-Belum juga selesai permasalahan klasik jalan yang rusak dan hanya dilakukan penambalan-penambalan, kini warga Kabupaten Cilacap, terutama di Cilacap bagian Timur semakin dibuat bingung. Pasalnya, belum lama ini Gubernur Jawa tengah menyatakan jika Jalur Lintas Selatan-Selatan harus terus berlanjut. Sementara, ada informasi baru jika Tol Cilacap-Yogyakarta juga akan segera dimulai. BEDA KOLAM BEDA JALAN : Jalan Nasional di wilayah Majenang seperti halnya kolam ikan setelah diguyur hujan deras satu jam lamanya kemarin, (2/2). (HARYADI NURYADIN/RADAR BANYUMAS) Hal ini membuat warga bingung dan meminta kepastian perencanaan. Pasalnya, JLSS yang sudah dibangun sejak beberapa tahun yang lalu saja belum selasai. Sekarang muncul lagi gagasan untuk membangun jalan tol di lintasan yang sama yakni Cilacap-Yogyakarta. “Kami semakin tidak habis pikir, yang satu saja belum kelar, kok ya sudah ada rencana baru buat jalan tol segala,” kata Sugeng (40) salah seorang warga di Kecamatan Kroya. Dia berharap pemerintah segera memberikan penjelasan terkait informasi tersebut. Sebab, informasi tersebut sudah tersebar di berbagai media. Sehingga kesimpangsiuran itu membuat warga seperti semakin tak menentu. Bahkan, ada pula yang mengatakan bahwa rencana pembebasan lahan untuk Tol Cilacap-Yogyakarta dimulai tahun 2018 mendatang. “Mau bagaimana, saat ada wacana JLSS warga diberi harapan. Kemudian JLSS tidak jelas meski pembebasan tanah sudah dimulai. Selanjutnya ada info lagi soal jalan Tol yang berisi harapan lagi,”tandas dia. Camat Adipala Drs Teguh Pratowo MSi kepada Radarmas mengatakan jika pihaknya secara resmi belum menerima informasi soal jalan tol yang pasti. Informasi yang berkembang memang dari mulut ke mulut. Sehingga saat ditanya oleh masyarakat pun belum bisa menjawabnya. “Ya kalau di tanya soal jalan Tol memang ada rencana dari Bupati, namun kapan informasi resminya belum ada, sehingga kita ajak untuk berdoa semoga rencana itu bisa terealisasi,”terang dia. Dia mengaku senang jika Adipala dilintasi oleh JLSS maupun Jalan Tol. Sebab keduanya mempunyai manfaat yang sama yakni akan membuka Adipala menjadi kota kecamatan yang ramai. Apalagi ditunjang oleh fasilitas yang bersekala nasional. “Mudah-mudahan semua berjalan, kalau pun JLSS dirubah menjadi jalan tol akan sama manfaatnya bagi daerah kami,”ujar dia. Sementara itu, menurut Rikoco dari Mitra Mandala memperkirakan jika pemerintah memanguntuk mendanai pembangunan JLSS. Karena itu lebih memilih ke jalan Tol yang bisa dikerjakan oleh pihak ke tiga. “Artinya kalau membuat jalan tol pasti ada pendanaannya, selain itu nantinya juga komersial, sehingga ada pemasukan, berbeda kalau membuat jalan JLSS yang hanya menjadi jalan biasa,”kata dia. Dari penelusuran Radar Banyumas di PP No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, jalur Tol Cilacap-Yogyakarta sudah muncul dengan kategori (III/6). Hal itu ada di lampiran III tanggal 10 Maret 2008 di PP NO 26 tahun 2008. Untuk kode (III/6) sendiri jalan tol Cilacap-Yogyakarta dalam tahapan pengembangan persiapan dimana saat ini sedang pengembangan jaringan jalan bebas hambatan. RTRW yang mencantumkan jalan tol tersebut dirancang untuk tahun 2008-2028. Radar Banyumas yang mencoba mendapatkan data di Bappeda Kabupaten Cilacap selama beberapa hari terakhir sendiri belum mendapatkan akses untuk menggali data dan informasinya secara langsung. Beberapa kali wartawan koran ini menunggu di Bappeda, namun tak kunjung mendapat kesempatan untuk wawancara. Hujan Sejam, Jeglongan Sewu Jadi Kolam Sementara itu, dari Majenang dilaporkan, hujan yang mengguyur wilayah Kecamatan Majenang selama 1 jam saja, telah membuat "kolam" baru di sepanjang jalan nasional. Air hujan ini menggenangi lubang yang ada di ruas jalan Diponegoro, Bhayangkara dan lokasi lainnya. Kondisi ini dikeluhkan warga karena merasa sangat tidak nyaman kala melintasi jalanan tersebut. Seperti yang terpantau Radarmas, jeglongan sewu di timur perempatan Wecong penuh dengan air berwarna coklat. Selama ini, titik tersebut memang kerap tergenang karena belum ada saluran drainase di sisi selatan. Sementara drainase di sisi utara sudah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap, tahun lalu. Namun fungsinya belum maksimal karena adanya lubang di tengah jalan. Kondisi serupa juga nampak di jalan Bhayangkara, tepatnya depan Polsek Majenang. Pengendara, terutama roda dua harus ekstra hati-hati. Pertama karena harus menghindari lubang yang ada disana. Kedua untuk menghindari cipratan air karena terlindas kendaraan dari arah depan yang sama-sama melintas pelan. "Hujan tadi hanya sejam, tapi jalanan penuh air karena berlubang," ungkap Warsono, warga Desa Sindangsari Kecamatan Majenang, Kamis (23/2) kemarin. Hal serupa juga diungkapkan oleh Hendra yang mengatakan, kerusakan ini terjadi sejak akhir tahun lalu. Dan memasuki Januari, kerusakan bertambah parah hingga kendaraan harus bergantian saat melintas. Hingga selepas lubang selalu nampak iring-iringan kendaraan dalam jumlah besar terutama saat keluar dari pusat kota Majenang. "Parah sekali. Kendaraan harus gantian kalau lewat," katanya. Menurutnya, kondisi ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi karena kerusakan jalan. Untuk itu dia berharap agar pihak terkait bisa segera menutup lubang disana. Ini mengingat pengendara sudah tidak lagi merasa nyaman sama sekali. Selian itu, lubang yang ada sudah membahayakan. "Jalan sudah berbahaya terutama bagi sepeda motor. Jika tidak hati-hati bisa terperosok dan jatuh. Saya berharap ini segera diperbaiki," kata dia. Sementara itu, kerusakan jalan nasional ini sempat mendapatkan perhatian serius dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Saat berkungjung ke Cilacap beberapa waktu lalu dia menjanjikan akan segera memperbaiki kerusakan jalan. Ganjar juga sempat melihat dekat dan merasakan Jeglongan Sewu. (har/yan/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: