Retakan Bantarmangu Terjadi Sejak Desember
CIMANGGU-Pergerakan tanah di Dusun Sidanghayu Desa Bantarmanggu akhir Januari lalu sudah diawali dengan kejadian serupa pada Desember. Saat itu, dilaporkan ada 15 rumah retak-retak akibat tanah bergerak. Kejadian ini belum sampai mengakibatkan rumah rusak berat atau munculnya pengungsi. "Pergerakan awal terjadi sejak Desember," ujar Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majenang, Edi Sapto Prihono melalui petugas BPBD Majenang, Muhadi. Disusul kemudian dengan pegerakan tanah beberapa hari lalu dan mengakibatkan 5 Kepala keluarga (KK) dan 21 jiwa sudah mengungsi ke keluarga terdekat. Dilaporkan 5 rumah rusak berat dan terpaksa dirobohkan karena sudah sangat parah dan membahayakan. Dalam kesempatan berbeda, Sekcam Cimanggu, Aim Nasrudin mengatakan desa ini sudah berulang kali terjadi bencana tanah longsor. Dia mengingat peristiwa besar sempat dirasakan warga setempat pada 1987 lalu. Kedua pada awal era 2000-an yang memaksa ratusan warga mengungsi dan pemerintah harus melalukan relokasi. "Setidaknya sudah dua kali longsor besar. Saya ingat karena waktu itu ikut terjun. Bencana ini sekitar tahun dua ribuan," ujar Aim Nasrudin. Pasca bencana tersebut, pemerintah sempat mendapatkan bantuan program dari Jepang dengan mengirimkan tenaga ahli. Hasilnya, tim mendapati kalau ada patahan dan melintasi desa tersebut. Daerah yang paling rawan adalah Dusun Sindanghayu dan Gunung Telu. Tim bahkan merekomendasikan daerah ini dikosongkan karena tidak layak dihuni. Kecamatan Cimanggu sendiri masuk dalam zona merah pergerakan tanah. Hal ini berdasarkan survey yang dilakukan tim geologi pada 2009 lalu yang memastikan 9 dari 11 desa di Kecamatan Cimanggu berada di daerah rawan longsor. Disusul kemudian dengan peta pergerakan tanah milik BPBD Kabupaten Cilacap yang mengungkapkan hal serupa. (har/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: