Lulusan Vokasi Kurang Tahan Banting

Lulusan Vokasi Kurang Tahan Banting

Wikan Sakarinto JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, bahwa secara umum lulusan vokasi dinilai masih kurang tahan menghadapi tekanan dalam dunia kerja. Itu terbukti, banyaknya komplain yang diterima dari perusahaan-perusahaan. Direktur Jendral Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto mengatakan, bahwa fakta nasional menunjukkan lulusan vokasi banyak mendapat komplain dari perusahaan-perusahaan. Padahal, lulusan vokasi saat ini banyak terserap lapangan kerja. Terlebih lagi, tingkat kerja sama dan komunikasi mereka juga dinilai kurang baik secara lisan ataupun tulisan. Tidak sedikit dari lulusan vokasi secara nasional kurang dalam hal inisiatif. https://radarbanyumas.co.id/anggaran-pendidikan-vokasi-capai-rp35-triliun-wujudkan-link-and-match-vokasi-dan-dunia-usaha-dan-industri/ "Salah satu komlain yang kami terima dari industri, mereka kalau tidak disuruh tidak jalan dan mudah bosan. Karenanya jika soft skills kuat, kita yakin ia akan belajar secara mandiri," kata Wikan, Jumat (30/10). Menurut Wikan, selengkap apapun gedung dan fasilitas yang dimiliki kampus vokasi, sementara kurikulum tidak bisa menjamin soft skills menguat maka semua akan percuma. Oleh karena itu, 80 persen tenaga pengajar Sekolah Vokasi saat ini harus mengubah mindset. "Perlu sentuh karakter terdalam dari mahasiswa vokasi sebagai value maka dengan sendirinya akan menumbuhkan soft skills dan pada akhirnya juga pada hard skills-nya," ujarnya. Wikan menambahkan, bahwa soft skills menjadi sangat penting, apalagi di era pandemi covid-19 saat ini. Faktanya, dampak pandemi covid-19 banyak perusahaan tidak bisa menyerap lulusan maka kewirausahaan menjadi jawaban. "Berbicara kewirausahaan maka sebetulnya berbicara soft skills yang paling relevan yaitu kemampuan berkomunikasi, presentasi, kemampuan menerima perbedaan, kemampuan dalam team work, kemampuan berbahasa asing dan lain-lain dan yang terpenting juga soal kejujuran dan integritas," tuturnya. Untuk itu, Wikan menilai, soft skills menjadi kebijakan utama pendidikan vokasi di Indonesia. Menurutnya, penekanan soft skills akan menjadi warna Permendikbud Sekolah Vokasi mendatang terkait merdeka belajar. "Lulusan Sekolah Vokasi idealnya tidak hanya hard skills, tapi juga soft skills, bahkan penguasaan soft skills ini jauh lebih penting," ujarnya. Rektor Universitas Pertamina, Akhmaloka menekankan, agar mahasiswa lulusan vokasi menguasai soft skills sebagai bekal memasuki dunia kerja. "Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 lulusan sekalian harus mempunyai banyak keterampilan saat masuk ke dunia kerja," kata Akhmaloka. Keterampilan itu antara lain, mampu menyelesaikan persoalan yang rumit, mampu berpikir kritis, dan memiliki daya kreativitas yang tinggi. Kemampuan bekerja sama juga menjadi aspek penting lulusan di abad 21. "Mahasiswa harus memiliki kecerdasan tinggi, membuat keputusan yang tepat dan cepat, andal bernegosisai, fleksibel, dan adaptif," terangnya. Akhmaloka juga mengingatkan, bahwa selama masa perkuliahan, segala kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknologi juga harus dijalankan. Tiap bidang keilmuan harus dielaborasi. "Sebab pengaplikasian iptek, dan interaksi berbagai bidang keilmuan yang telah didapatkan pada masa perkuliahan sangat diperlukan di dunia kerja," pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: