Mesum Merajalela, Eks Terminal Dipagar
KROYA-Resah dengan kondisi terminal yang sering digunakan untuk tempat nongkrong anak muda dan kerap menjadi tempat mesum, Warga dan perangkat desa Karangmangu akhirnya memagar pintu masuk dan pintu keluar terminal Karangmangu. Selain merasahkan, warga juga kerap melihat anak-anak remaja berpasangan yang duduk-duduk hingga larut malam. [caption id="attachment_103960" align="aligncenter" width="100%"] Mesum Merajalela, Eks Terminal Dipagar[/caption] “Yang membuat kami resah, banyak anak-anak yang melihat hal itu. Bahkan ada diantaranya yang bermesra-mesraan hingga menjadi berbincangan di kalangan anak-anak,” kata Slamet Riyadi, Ketua RT 2 RW 5, Desa Karangmangu, Kroya. Karena itu, lanjut dia, saat muncul wacana untuk memagar pintu masuk dan pintu keluar, warga menyambut gembira. Apalagi hal itu sudah lama menjadi keinginan warga. Sehingga, warga pun setuju. “Kami memang prihatin dan sudah lama melaporkan hal itu. Polisi pun kerap melakukan patroli,” terangnya. Namun, ternyata patroli polisi yang dilakukan saat-saat tertentu tidak menyurutkan para remaja untuk kembali. Sehingga, saat ada patroli, semuanya terlihat membubarkan diri, namun setelah itu kembali lagi. “Ya seperti kucing-kucingan saja. dan itu membuat warga di sini merasa terpejokan dikira membiarkan hal itu,”ujar dia. Sekretaris Desa Karangmangu Sutarno AMd bersama dengan Babinsa Serka Agus Supriyadi mengaku jika hal itu sudah dikoordinasikan dengan Kepala Dinas Perhubungan sebagai pemilik terminal. Setelah mendapat persetujuan, dia bersama Babinsa dibantu sejumlah perangkat desa memagarinya dengan bambu. Meski masih bisa masuk namun kendaraan akan berada diluar. Sehingga setidakanya lebih mudah untuk mengawasi. “Kita lakukan ini karena keresahan warga. dan sudah dikoordinasikan dengan Dishub. Dan hari ini kita tutup dengan pagar,” kata Sutarno, Sabtu (23/4) Bahkan, sampai terlintas ide untuk menggebosi sepada motor yang digunakan para remaja jika memaksa masuk ke dalam dan meninggalkan kendaraan di luar terminal. Dan warga pun sudah ada yang menyiapkan gembok. Tujuannya, jika memang ramai dan berbuat negatif, maka sepada motor yang ada di luar digembok dan diserahkan ke polisi untuk dibina. “Kami tidak mau desa kami menjadi kotor karena ulah anak-anak yang tidak bertanggungjawab,” kata Asep Syarfudin salah seorang tokoh pemuda.(yan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: