Azizah Amaliah, Penggagas Apa Bae Di DolL (Padoli) Olshop Purbalingga, Terdesak Saat Pandemi, Kini Lebih dari
INOVATIF: Aktivitas para anggota Padoli Olshop. ADITYA/RADARMAS Pandemi Covid-19 membuat banyak orang kreatif mencari peluang usaha, untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Salah satunya dilakukan oleh Azizah Amaliah (37). Dia mencetuskan kelompok Padoli Olshop. Sekumpulan pekerja cash on delivery (COD). Atau proses pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara tunai saat barang diterima. ADITYA WISNU WARDANA, Purbalingga Sejumlah perempuan tengah memilih dan memilah sejumlah barang di sebuah rumah yang terletak di Kelurahan Penambongan. Mereka tengah memilah barang-barang yang terdiri dari kebanyakan makanan, ada pula barang kebutuhan rumah tangga lainya. "Tempat ini semacam tempat singgah emak-emak para pejuang COD. Biasanya ramai antara jam 11 sampai 2 siang. Nanti sore jam 4 sampai jam 6 juga ramai lagi," kata perempuan yang akrab disapa Lia ini. Dia menjelaskan, awalnya dia berjualan makanan di ruko yang berlokasi di depan GOR Goentoer Darjono Purbalingga berupa burger, sosis bakar dan kebab. Karena lokasinya yang strategis, penghasilannya juga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Lokasi tersebut, merupakan markas awal dari Padoli Olshop. Hingga pada awal 2020, pandemi Covid-19 mulai melanda di Indonesia dan masuk Purbalingga. Waktu itu dia dan para pedagang lainnya harus menutup usahanya karena ada aturan dari pemerintah sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Kemudian, dia memilih berjualan di rumahnya di RT 3 RW 6 Desa Kalikajar, Kecamatan Kaligondang. Namun, penghasilannya turun drastis. Apa lagi suaminya, Agung Wicaksono, hanya bekerja sebagai tukang ojek online, yang saat itu aktivitas di luar rumah sangat dibatasi, karena saat itu masih ada pembatasan kegiatan masyarakat. "Kami tidak bisa berdiam diri terus, apa lagi hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah. Hingga kami berpikir, bagaimana agar ada pemasukan setiap hari meskipun di tengah pandemi. Lalu saya dan suami membuka layanan jasa titip. Jadi kami menawarkan ke orang-orang, siapa yang ingin dibelikan makanan atau barang, mereka tidak perlu keluar rumah," jelasnya. Layanan yang ditawarkan melalui media sosial dan Whatsapp itu ternyata, ternyata banyak diminati. "Mereka lalu menitip untuk dibelikan berbagai kebutuhan rumah tangga seperti beras, sayuran, makanan siap saji, snack hingga keperluan lainnya," ujarnya. https://radarbanyumas.co.id/pemerintah-atur-diskon-online-shop-e-commerce-melonjak-sampai-rp-377-triliun/ Mekanisme yang dijalankan olehnya adalah apa yang dipesan konsumen langsung dicatat dan dibelikan, kemudian diantar ke rumah masing-masing. Dia dan suaminya hanya mengutip upah sewajarnya. INOVATIF: Aktivitas para anggota Padoli Olshop. ADITYA/RADARMAS "Memang awalnya kami khawatir terkena Covid-19, apa lagi saat itu kasusnya sedang meledak. Banyak orang yang meninggal karena virus itu. Tapi mau bagaimana lagi, kami pun optimis tapi tetap waspada. Selalu menjaga protokol kesehatan," katanya. Dari layanan jasa titip yang dia tawarkan, ternyata menarik sejumlah orang. Beberapa menginginkan untuk ikut menjadi pelaku jasa titip. Dia lalu membuat grup Whatsapp untuk mengakomodir mereka. Awalnya orang yang ikut grup itu adalah teman-temannya. Namun, kemudian banyak yang ikut bergabung hingga anggotanya mencapai 135 orang, yang seluruhnya merupakan wanita. Latar belakang anggotanya bermacam-macam. Ada yang pembuat makanan, minuman, pegawai kantoran, pedangang kelontong, PNS, mahasiswa, guru, ibu rumah tangga, bahkan ada yang tidak punya pekerjaan sama sekali. Ada yang produsen, reseller, atau hanya pembeli saja. "Karena yang dijual bermacam-macam, kelompok ini saya namakan Padoli, yang artinya apa-apa didoli (apa-apa dijual, red)," katanya. Lewat Padoli, seluruh anggota bisa membagikan berbagai produk baik produksi sendiri maupun orang lain. Nah, begitu gambar produk itu muncul, saat itu juga, hampir semua anggota Padoli menawarkan lagi ke mana-mana melalui smartphone mereka. Dengan demikian, orang yang berminat bisa memesannya ke anggota yang membagikan itu. "Kalau ada keuntungan, ya untuk orang bersangkutan, karena transaksi bisa langsung antara reseller dengan yang bikin produk," ujarnya. Dia mengaku, tidak memungut keuntungan dari transaksi tersebut. "Paling keuntungan mereka kan hanya dua ribu sampai lima ribu per item. Yang penting saling bantu sama-sama cari rezeki," akunya. https://radarbanyumas.co.id/orderan-bandara-sepi-taksi-nyambi-online/ Dari barang kecil-kecil yang dijual oleh para anggota Padoli, setiap hari setidaknya omzet bisa mencapai Rp 6 juta sampai Rp 20 juta. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: