4 April Jadi Awal Ramadan Jamaah Aboge Onje
INDAHNYA PERBEDAAN : Meski penentuan awal Ramadan dan lebaran berbeda, namun Aboge Desa Onje tetap hidup rukun dengan lainnya. (DOK RADARMAS) PURBALINGGA- Jamaah Alip Rebo Wage (Aboge) Desa Onje Kecamatan Mrebet telah menentukan awal puasa Ramadan pada Senin Kliwon (4/4) mendatang. Awal puasa ini dimungkinkan berbeda dengan pemerintah yang akan memulai rukyatul hilal penentuan awal Ramadan pada akhir Maret ini. Pimpinan jamaah Aboge yang juga sesepuh Desa Onje, Kyai Maksudi mengatakan, penentuan Ramadan didasarkan atas perhitungan yang dia dan komunitasnya yakini secara turun temurun. Menurut perhitungannya, puasa Ramadan tahun ini jatuh pada Senin Kliwon dan kemungkinan berbeda dengan keputusan pemerintah. Dirinya mengaku tidak ingin dikatakan sebagai sebuah kelompok yang menyimpang karena apa yang dia jalani dalam beribadah menurut tuntunan Al Quran. ”Perhitungannya rumit tapi kami anggap ini sebagai perhitungan pasti. Karena dalam fiqih agama yang biasa digunakan sebagai penentuan Ramadan itu ada empat yang salah satunya adalah hisab adalah perhitungan dan kami menggunakan itu,” ungkapnya, Jumat (25/3). Dia terlihat fasih menjelaskan dasar dan hukum Islam pada umumnya. Pasalnya Kyai Maksudi juga pernah nyantri di beberapa pondok pesantren termasuk pondok pesantren Tebu Ireng Jombang. Bahkan, ada salah satu ulama kharismatik pernah memerintahkan Kyai Maksudi dan komunitasnya untuk meninggalkan ajaran tersebut. Namun Maksudi dan jamaah Aboge menolak karena pertimbangan tradisi turun menurun. “Saya hanya menjalankan ilmu hisab ayah saya, bukan percaya pada orangnya. Secara amalan kami masih tahlilan, istighozah dan sebagainya. Jadi tidak berbeda amalan kami,” rincinya. Kepala Desa Onje, Mugi Ari Purwono mengaku tidak ada gesekan paham maupun terganggu dengan yang diamalkan Aboge. Dirinya justru senang dengan keberagaman di Onje termasuk penentuan awal Ramadan. https://radarbanyumas.co.id/penetapan-awal-puasa-di-bulan-ramadan-atau-sidang-isbat-digelar-jumat-1-april/ Menurut pengamatannya, Jamaah Aboge dan masyarakat pada umumnya tidak pernah mempermasalahkan tentang perbedaan Ramadan dan Idul Fitri yang waktunya sedikit berbeda. Penganut ajaran Aboge diketahui paling banyak di Dusun Bak Desa Onje. “Kami tidak pernah mempermasalahkan tentang perbedaan ini. Justru kami anggap hal ini sebagai sebuah keunikan. Tak ada masalah,” tegasnya. (amr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: