Cuaca Bisa Berubah Per 3 Jam, Hujan Lebat Diiringi Angin Kencang di Purbalingga
WASPADA: Cuaca ekstrem per 3 jam yang terjadi saat ini harus dilakukan langkah antisipasi, seperti pemangkasan pohon yang diduga berbahaya. AMARULLAH/RADARMAS PURBALINGGA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga. Bahkan tak main-main, masyarakat harus waspada dan siaga cuaca ekstrem, karena perubahannya 3 jam sekali. “Hujan lebat dan angin kencang disertai petir masih berpotensi terjadi. Puncak penghujan sampai Januari. Purbalingga sudah melalukan langkah-langkah sejak Oktober lalu dengan keputusan bupati sebagai daerah siaga darurat,” tutur Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga, Muhsoni, Kamis (23/12). Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (hujan lebat disertai kilat/petir dan diikuti angin kencang). Kemudian berjaga dari dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. Data BMKG terbaru pada Kamis (23/12), wilayah yang harus waspada bencana karena cuaca ekstrem diantaranya Kecamatan Karangmoncol, Rembang dan Kecamatan Karangjambu. Per 3 jam pembaruan data terus berjalan. “Masyarakat untuk menjauh dari bantaran sungai, tubuh air atau wilayah rawan banjir, serta lereng yang rawan longsor,” imbuhnya. Warga yang dekat pemukimannya dengan pohon- pohon besar yang sudah tua dan dinilai mudah patah atau roboh juga harus selalu waspada saat hujan datang disertai angin kencang. Warga di wilayah rawan bencana tanah longsor harus semakin intensif melihat lingkungan mereka. https://radarbanyumas.co.id/bmkg-cilacap-11-kecamatan-wapada-hujan-lebat/ BPBD Purbalingga memiliki catatan dan peta wilayah rawan bencana alam tanah longsor. Sebanyak 68.942 Kepala Keluarga (KK) atau 278.358 jiwa berada di desa- desa rawan tanah longsor itu. Memasuki puncak penghujan ini, mereka diminta waspada dan peka terhadap perubahan lingkungan sekitar. Warga yang dekat dengan tebing diminta tidak asal melakukan pengeprasan. Terutama di musim hujan seperti sekarang. Pasalnya, akan berpotensi melemahkan kondisi tanah yang ada. Jika terpaksa harus mengepras tebing, maka harus dilakukan analisa dari ahli geologi atau akademisi soal kondisi dan jenis tanah. (amr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: