Buru Aktor Intelektual Demo Rusuh, Lebih dari 4.000 Orang Diamankan, Penyebar Hoaks Ditangkap
Kerusakan akibat demo kemarin JAKARTA - Polri akan memburu aktor intelektual kerusuhan pada aksi demo menolak pengesahan UU Cipta Kerja. Polri juga telah menangkap seorang wanita penyebar 12 hoaks UU Cipta Kerja. https://radarbanyumas.co.id/tindak-tegas-perusuh-seribu-diamankan-enam-polisi-masuk-rs-di-ibu-kota-jakarta/ Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan pemeriksaan terhadap 4.000 orang terkait demo rusuh di berbagai daerah pada Kamis (8/10). Mereka berasal dari kelompok Anarko, buruh, mahasiswa, pelajar, hingga penganggura. “Ini masih dilakukan pemeriksaan. Belum 24 jam. Nanti kita lihat untuk pelajar dan anak-anak akan kita panggil orangtuanya supaya ikut melakukan pengawasan,” katanya di Mabes Polri, Jumat (9/10). https://radarbanyumas.co.id/7-jurnalis-jadi-korban-pada-aksi-demo-terluka-dan-alat-dirusak-aparat-keamanan/ Selain itu, Polri juga menangkap seorang wanita beinisial VE (36) pemilik akun Twitter @videlyae. Wanita ini ditangkap karenanya menyebar hoaks 12 pasal UU Cipta Kerja. "Ini ada di sini, ini 12 pasal itu yang disebarkan yang di mana pasal-pasal itu adalah contohnya uang pesangon dihilangkan, kemudian UMP-UMK dihapus gitu ya, kemudian semua cuti tidak ada kompensasi dan lain-lain. Itu ada 12 gitu ya. Itu sudah beredar sehingga masyarakat itu terprovokasi, kemudian masyarakat melihat bahwa kok seperti ini?," ungkapnya. @videlyae diduga telah menyebarkan hoaks UU Cipta Kerja. Sebab isi sebenarnya UU Cipta Kerja tidak seperti yang disebarkan @videlyae. "Tapi, setelah kita melihat bahwa dari undang-undang tersebut, ternyata ini adalah hoaks dia karena tidak benar seperti apa yang telah disahkan oleh DPR," katanya. Dijelaskan Argo, wanita warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu ditangkap di Makassar, sebelum dibawa ke Jakarta. "Ternyata hoaks ini ada yang upload. Setelah kita cek adalah berada di Sulawesi Selatan lokasinya. Di daerah Makassar. Itu pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2020. Anggota ke sana, kemudian kita lakukan penyelidikan di sana, kemudian kita lakukan adanya seorang perempuan diduga melakukan penyebaran yang tidak benar itu ada di Twitternya, @videlyae," katanya. Terkait aksi demo berujung rusuh, Argo menjelaskan pihaknya mengamankan 796 orang dari kelompok anarko. Mereka diamankan dari berbagai daerah di Indonesia. "Jadi kami sampaikan bahwa beberapa orang yang diamankan yang terindikasi itu dari kelompok Anarko itu sebanyak 796 orang di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jatim, PMJ (Jakarta), Sumut, dan Kalbar," ungkapnya. Selain kelompok Anarko, 601 orang dari masyarakat umum. Sedangkan kelompok pelajar yang ditangkap berjumlah 1.548. Mereka diamankan dari sejumlah daerah di Indonesia. "Ada juga mahasiswa sebanyak 443 di Sulsel, Jakarta, Sultra, Sumut, Papua Barat, dan Kalteng. Buruh sebanyak 419 di Jakarta dan Sumatera Utara. Ada pengangguran sebanyak 55 di Sultra, Kalsel dan Sumut," imbuhnya. "Jadi kalau kita melihat berapa yang kita amankan tadi, dampak anarkis terhadap kepolisian," imbuhnya. Argo mengatakan, mereka yang diamankan diduga terlibat dalam kerusuhan pada aksi demonstrasi kemarin. Ia pun membeberkan kerusakan yang dilakukan oleh para perusuh dalam aksi kemarin. "Itu yang dirusak di Polda Sumut itu ada dua mobil Wakarumkit dan 1 truk Sabhara dirusak, 41 polisi luka. DI Yogyakarta 1 motor dan 9 mobil dinas Polri dan 2 pospol dirusak. Polda Riau 1 mobil dirusak dan 11 polisi terluka," paparnya. Selain itu, Argo juga membeberkan warga yang menjadi korban. Totalnya, ada 129 pendemo yang dirawat di rumah sakit di Jakarta karena mengalami luka-luka. "Sedangkan untuk korban pendemo atau warga sipil yang luka-luka ada 129 orang yang dirawat di seluruh RS di Jakarta," ujarnya. Sementara Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Polisi Yusri Yunus mengatakan pihaknya menemukan sejumlah perusuh bayaran yang didatangkan dari luar Jakarta pada aksi demo. Ada kelompok-kelompok yang datang untuk melakukan kerusuhan, bahkan didominasi oleh anak-anak STM. "Dia tidak tahu apa itu UU Cipta Kerja, yang dia tahu ada undangan untuk datang, disiapkan tiket kereta api, disiapkan truk, disiapkan bus, kemudian ada uang makan untuk mereka semua," katanya. Keberadaan massa bayaran ditemukan petugas saat memeriksa ponsel para perusuh serta pengakuannya saat diperiksa polisi. "Darimana kita bisa bilang itu? Dari bukti-bukti handphone dan keterangan yang kita terima dari mereka. Semua sudah kita amankan total 1.192," katanya. Yusri mengatakan, para perusuh yang diamankan petugas diketahui berasal dari beberapa daerah di sekitar Jakarta. Orang-orang itulah yang terlibat bentrokan dengan petugas dan perusakan sejumlah fasilitas umum di Ibu Kota. "Beberapa kelompok memang datang dari beberapa daerah seperti Purwakarta, Karawang, Bogor, Banten, yang datang ke Jakarta memang tujuannya untuk melakukan kerusuhan," katanya. Dikatakannya, petugas akan memanggil orangtua dari para pelajar agar diberikan pembinaan dan edukasi serta menunjukkan bukti pesan singkat ajakan berunjuk rasa berakhir rusuh. "Ini untuk pembelajaran jangan sampai nanti diulangi lagi bisa dijaga orang tuanya," tuturnya. Hasil pemeriksaan sementara, dari 1.192 orang yang diamankan petugas 285 orang yang terindikasi terlibat pidana. Mereka melawan petugas, perusakan fasilitas umum hingga membawa senjata tajam. "Ini yang masih kita lakukan pendalaman makanya saya belum menyatakan tidak dia itu sebagai tersangka, tidak," ujarnya. Senada diungkapkan Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman. "Ada beberapa yang kita tangkap. Mereka ini nggak paham tujuannya untuk apa, bahkan mereka ada yang dari Subang berangkat," ujarnya. Kepada pendemo itu Dudung bertanya siapa yang menggerakkan rombongan dari Subang tersebut. Si pendemo mengaku memang ada yang memintanya datang dengan janji uang. "Dia nggak bawa uang sama sekali, ada yang cuma (bawa) Rp 10.000. Saya bayangkan kalau nanti setelah demo dia pulang pakai apa. Hasil dari HP yang kita lihat itu, dia dijanjikan setelah demo nanti dapat uang," ujarnya. Mirisnya kata Dudung, orang yang menjanjikan uang kepada para pendemo tersebut tidak datang ke Jakarta. "Bahkan penggeraknya itu justru nggak datang ke Jakarta. Dia berhenti di Pamanukan. Kan kasihan seperti itu, masyarakat-masyarakat yang tidak paham diberikan informasi-informasi yang salah," imbuhnya. Jajaran Kodam Jaya turut membantu mengamankan para pendemo yang membuat rusuh. Pangdam Jaya juga ragu para perusuh itu benar-benar datang dari kelompok mahasiswa. "Dan saya lihat yang melakukan pelemparan-pelemparan kepada polisi itu saya lihat, saya nggak yakin itu mahasiswa. Kalau mahasiswa itu pakai jaket almamater itu," jelas Dudung. Sedangkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, dari 1.192 orang pendemo yang diamankan polisi, lebih dari 60 persennya berstatus pelajar. "Lebih dari 60 persen ternyata usianya di bawah 19 tahun atau pelajar, bukan mahasiswa apalagi buruh," katanya. Karenanya Riza mengimbau kepada para pelajar untuk tidak ikut dalam aksi unjuk rasa. Sebab, hal itu dapat membahayakan diri sendiri apabila terjadi kericuhan. "Urusan demo itu biarlah bagi mereka yang sudah dewasa, urusan buruh, urusan mahasiswa dan upaya ini bisa dilakukan secara konstitusi dengan mengajukan judicial review," imbuh Riza. Selain itu, menurut Riza, mayoritas orang yang diamankan di Polda Metro Jaya bukanlah warga DKI Jakarta. "Dari semua itu ternyata lebih dari 50 persen adalah bukan warga Jakarta," katanya.(gw/fin) samb: Mayoritas Pendemo Berstatus Pelajar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: