Bahan Dieksport, Perajin Sapu Glagah Terancam Gulung Tikar

Bahan Dieksport, Perajin Sapu Glagah Terancam Gulung Tikar

DIKELUHKAN : Perajin sapu glagah menunjukkan produk andalannya. Sayangnya sejak Agustus bahan baku terpengaruh eskpor. AMARULLOH NUR CAHYO/RADARMAS PURBALINGGA - Ratusan perajin sapu glagah di Kabupaten Purbalingga “meradang”. Pasalnya, sejak Agustus lalu, bahan mentah untuk sapu sulit di dapatkan. Kalaupun ada harganya sudah menjulang. Pemicunya, Glagah kini diekspor oleh orang lokal ke India dan Pakistan. “Kami bisa gulung tikar. Saat ini saya sendiri memiliki 50 pekerja. Belum lagi puluhan atau ratusan perajin lainnya se Kabupaten Purbalingga. Kondisinya jelas sama,” ungkap Dwi, salah satu perajin sapu di Karangreja Kecamatan Karangreja kepada Radarmas, Senin (2/12) Dwi mengeluhkan tentang bahan sapu (glagah) yang di ekspor tersebut. Menurutnya, dampaknya sangat besar. Selain harga, juga bahan baku yang harganya tinggi berpotensi tidak terjangkau oleh perajin. Harga saat ini seharusnya Rp 14 ribu perkilo glagah. Namun karena dampak eskpor, bisa naik menjadi harga Rp 18 ribu- Rp 19 ribu perkilo. Saat ini di Desa/Kecamatan Karangreja ada 12 perajin. Jika ditambah semuanya se Kabupaten Purbalingga, sangat banyak yang terdampak. “Perajin kecil terancam gulung tikar. Karena sudah tidak mampu beli bahan baku. Padahal di Kecamatan Karangreja dan Karangjambu .perajin sapu sangat membantu angka pengangguran. Tak tanggung- tanggung, bisa ratusan, bahkan ribuan orang bekerja membuat sapu,” tambahnya. Hal senada diungkapkan perajin sapu, Teguh. Menurutnya perajin sapu glagah masuknya pengusaha dari India yang memborong glagah sebagai bahan baku, membuat dirinya mengalami kesulitan. Bukan masalah langkanya glagah sebagai bahan baku, namun tingginya harga per kilo dari glagah sendiri. (amr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: