Belum Ada Biaya, Duta Roket Air Indonesia Terancam Gagal Berangkat

Belum Ada Biaya, Duta Roket Air Indonesia Terancam Gagal Berangkat

ISTIMEWA PENGHARGAAN : Fernika saat menerima penghargaan kompetisi roket air regional Jateng- Jogja. PURBALINGGA - Fernika Dwi Utami, pemain Roket Air siswa Klas 8 A MTs Muhammadiyah 07 Kejobong, hingga kini masih bimbang. Termasuk pelatih dan guru pembimbingnya masih kebingungan karena anggaran yang harus disediakan mencapai ratusan juta. Fernika terancam tidak bisa mewakili Indonesia, pasalnya, penyelesaian administrasi di Kementerian Ristek maksimal 21 Oktober mendatang. Saat ditemui Radarmas di rumahnya, RT 2 RW 13 Desa Langgar Kecamatan Kejobong, Fernika yang didampingi dua gurunya, Hari Hermawan dan Andrianto terungkap, biaya yang yang dibutuhkan paling tidak Rp 118 juta. Saat ini penyelesaian paspor dan visa sudah klir. Namun biaya yang dibutuhkan untuk akomodasi ke Nagoya Jepang. “Jika jadi berangkat, maka paling tidak di Nagoya Jepang 3 hari. Untuk ongkos naik pesawat per orang 11 juta. Ada tiga orang, saya, Fernita dan satu guru, Andrianto. Tiket pulang pergi saja suudah Rp 66 juta. Lalu biaya akomodasi di Jepang dan lainnya. Sekolah jelas tidak mampu,” ungkap pelatih dan guru Fernika, Hari dan Andrianto, Minggu (13/10). Fernika bisa mengikuti even kompetisi Roket Air di Jepang karena sebelumnya sudah berprestasi di ajang Kompetisi Regional Jateng Semarang- Jogja dan terseleksi satu orang dari sekian banyak peserta. Namun karena akomodasi harus ditanggung sendiri dan harus diselesaikan maksimal 21 Oktober. Sedangkan kompetisi di Jepang digelar akhir 22-25 November mendatang. “Jika sampai 21 Oktober mendatang tidak bisa menyelesaikan biaya akomodasi di sana, maka akan gagal dan tidak jadi mewakili Indonesia. Kami sudah berusaha meminta fasilitasi kepada Pemkab Purbalingga dan DPRD, namun belum ada tindaklanjut dan belum jelas sampai sekarang,” tambah Heri. Padahal, siswanya sangat berprestasi, namun orangtuanya tergolong tidak mampu. Karenanya, saat ini harapan satu- satunya yaitu mencari orang yang peduli dengan pendidikan dan harumnya nama baik Purbalingga, Jawa Tengah dan Indonesia. Suharto, pengurus Komite Sekolah mengatakan, pihaknya sudah berkirim proposal kepada bupaati, gubernur Jawa Tengah, DPRD Purbalingga. Khusus minta fasilitasi ke DPRD Purbalingga secara informal. Namun semua upaya itu masih belum menemukan titik terang. “Ini kan mewakili negara, jelas nama Purbalingga dan Jawa Tengah juga ikut harum. Peran penyelenggara negara seperti bupati, gubernur dan legislatif harus hadir memberikan solusi. Jangan sampai malu karena gagal berangkat sebagai duta Indonesia gegara soal dana atau tidak adanya anggaran,” ungkapnya. (amr/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: