Empat Gempa Guncang Jawa-Sumatera

Empat Gempa Guncang Jawa-Sumatera

GRAFIS GEMPA. Riza/Radar Banyumas JAKARTA - Empat guncangan gempa dengan kekuatan 5-6 pada skala richter (SR) melanda Jawa bagian utara, Jawa bagian selatan dan Pantai Barat Sumatera, Selasa (7/7). Gempa disebabkan pergerakan lempengan bumi, baik pergeran naik (thrust fault) maupun turun (normal fault). Peritiwa gempa bumi pertama Mag 6, 1 terjadi di Barat Laut Jepara, Jawa Tengah pukul 05.54 WIB, gempa kedua 5, 4 terjadi di Barat Daya Rangkas Bitung pukul 11.44, dan gempa terakhir gempa Mag 5, 2 di Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera pukul 13.16 WIB. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa pertama terjadi pukul 05.54 WIB di Laut Jawa dengan kekuatan 6,1 SR. Pusat gempa di koordinat 5,77 LS dan 110,64 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 85 km arah utara Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah pada kedalaman 539 km. Gempa kedua berkekuatan 5,4 SR terjadi di Rangkasbitung, Banten, pukul 11.44.14 WIB. Pusat gempa berada di koordinat 6.69 Lintang Selatan, 106.14 Bujur Timur, pada kedalaman 82 km. Guncangan gempa yang ketiga di Laut Selatan Jawa berkekuatan 5,0 SR pada pukul 12.17.52 WIB. Pusat gempa pada 9.42 Lintang Selatan, 107.27 Bujur Timur pada kedalaman 10 kilometer. Tepatnya sekitar 234 km barat daya Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Terakhir gempa di wilayah Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera. Gempa berkekuatan 5,2 SR terjadi pada pukul 13.16.22 WIB. Dengan pusat gempa di 7.29 LS dan 103.24 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 241 km arah Tenggara Enggano, Bengkulu pada kedalaman 10 km. Seluruh gempa yang terjadi tersebut tak berpotensi menimbulkan tsunami. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya mengatakan gempa yang terjadi di Laut Jawa, wilayah Jepara disebut sebagai deep focus earthquake atau gempa dalam. Gempa tersebut terjadi akibat slab lempeng Indo Australia yang menunjam dan menukik di bawah Laut Jawa menggantung. "Kemudian lempengan tersebut putus akibat adanya tarikan gaya gravitasi atau proses lempeng yang mulai menggulung balik," katanya, Selasa (7/7). Dilanjutkannya, berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber, menunjukkan gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault) akibat tarikan lempeng ke bawah. Diterangkannya, gempa dalam akibat deformasi atau penyesaran pada lempeng yang tersubduksi di bawah Laut Jawa tersebut guncangannya dirasakan di sebagian Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan Sumatera bagian selatan. Guncangan akibat gempa tersebut dirasakan di daerah Karangkates dan Nganjuk di Jawa Timur; Daerah Istimewa Yogyakarta; Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, dan Boyolali di Jawa Tengah; Pangandaran dan Garut di Jawa Barat; Krui, Sekincau, dan Semaka di Lampung; Gianyar, Kuta, Denpasar, dan Karangasem di Bali; serta Lombok Barat dan Mataram di Nusa Tenggara Barat. "Karena saking dalamnya hiposenter gempa maka spektrum guncangan yang dirasakan dalam wilayah yang luas," katanya. Pada gempa 5,4 SR yang terjadi di Rangkasbitung, Banten, Kepala Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Tiar Prasetya mengatakan guncangannya dirasakan hingga Jakarta dan Jawa Barat. "Getaran gempa terasa pada skala II MMI di Jakarta," katanya. Getaran gempa pada skala II Modified Mercalli Intensity (MMI) dirasakan oleh beberapa orang dan membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Gempa di Rangkasbitung getarannya juga dirasakan di Lebak pada skala III-IV MMI; Cihara, Rangkasbitung, Bayah, Pandeglang, Malingping, Cibeber, Banjarsari, dan Sukabumi pada skala III MMI; Depok dan Bandung pada skala II-III MMI; serta Tangerang Selatan pada skala II MMI. Ditambahkan, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono gempa tersebut berpusat di darat pada jarak 18 km arah barat daya Rangkasbitung akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia. "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault)," katanya. Sedangkan gempa 5,2 SR di Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera, lanjut Rahmat, merupakan jenis gempa dangkal akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi tersebut memiliki mekanisme Thrust Fault. Untuk gempa yang terjadi di Laut selatan Jawa, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya, mengatakan terdapat pertemuan dua lempeng tektonik utama yakni lempeng Indoaustralia di selatan dan Eurasia di Utara. "Dampak dari tumbukan lapisan bebatuan atau tektonik tadi menyebabkan aktivitas kegempaan di wilayah tersebut," katanya. "Warga diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," lanjutnya. (gw/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: