Mentan Luncurkan Kalung Antivirus Corona, Ketua MPR: Harus Uji Klinik

Mentan Luncurkan Kalung Antivirus Corona,   Ketua MPR: Harus Uji Klinik

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. ISTIMEWA JAKARTA – Masyarakat Indonesia digegerkan dengan Kalung Antivirus Corona produksi Kementerian Pertanian (Kementan). Kritik dan sindiran pun banyak disuarakan kepada kementerian yang dipimpin oleh Syahrul Yasin Limpo (SYL) itu. Kalung tolak Covid-19 itu ternyata hanya kayu putih dan itu rencanaya akan diproduksi massal. Padahal, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut. Merespons hal itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, mengapresiasi jajaran Kementerian Pertanian RI atas inisiatif dan keberanian mempromosikan kandungan minyak Atsiri dari daun kayu putih (eucalyptus) sebagai antivirus COVID-19. Namun ia juga mendorong Kementan untuk melakukan protokol pengujian obat baru sebelum produk obat itu ditawarkan kepada masyarakat. ”Saya mendukung penuh dan mengapresiasi inisiatif Kementerian Pertanian yang telah sampai pada produk antivirus Corona. Saya bahkan mendorong agar pekerjaan ini dilanjutkan. Namun, tentang khasiatnya, saya berharap agar jajaran Kementan bijaksana. Sebab, sejauh ini, baru jajaran Kementan RI yang membuat klaim tentang khasiat produk obat itu,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Minggu (5/7). https://radarbanyumas.co.id/dibalik-penemuan-antivirus-covid-19-kementan-ri-dicurigai-jadi-ajang-bisnis/ Seperti diketahui, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan telah mempublikasikan produk antivirus Corona berupa kalung, roll on, in haler, salep, balsem dan diffuser. Kementan mengklaim produk tersebut mampu mematikan Covid-19. Bamsoet menilai, di tengah kegelisahan karena tidak adanya vaksin yang mampu menetralisir ekses virus Covid-19, pencapaian Balitbangtan itu tentu layak untuk diapresiasi. Namun, seperti juga upaya serupa oleh para ahli di sejumlah negara, produk dari Kementan tersebut sebaiknya tetap menjalani prosedur uji klinik. ”Untuk menghindari kesan tentang klaim sepihak, produk antivirus Corona dari Kementan itu sebaiknya mengikuti dulu protokol pengujian atau uji klinik untuk produk baru obat dan herbal. Termasuk pengujian khasiatnya pada manusia,” katanya. Mantan Ketua DPR RI menambahkan kehadiran dan keterlibatan pihak lain dalam uji klinik obat baru sangat diperlukan. Tidak hanya untuk kepentingan kebenaran tentang khasiat obat itu, melainkan juga untuk memperkuat klaim atas khasiat obat atau herbal produk baru itu. “Untuk kepentingan uji klinik itu, sangat relevan jika Kementan RI bersinergi atau bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebagai obat atau herbal produk baru, tahap pengujiannya pun harus melibatkan pihak lain yang relevan,” pungkas Bamsoet. Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry menegaskan produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi masal melalui pihak swasta. Menurutnya, Kementan hanya melakukan penelitian serta uji laboratorium saja. “Kita sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta dan mereka sepakat untuk memproduksi produk tersebut secara masal,” ujar Fadjry dalam keterangan tertulis Kementan, Minggu (5/7/2020). Dalam proses produksinya, Balitbangtan telah menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk membantu memasarkannya ke masyarakat. Tak hanya dalam negeri saja, Balitbangtan tengah melakukan pendekatan kerjasama dengan mitra asing seperti perusahaan pharmaceuticals dari Jepang Kobayashi dan Aptar Pharma dari Rusia. (arm/dim/JP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: