ACT Jateng Galakkan Program Pemberdayaan APD untuk Pekerja Terdampak PHK

ACT Jateng Galakkan Program Pemberdayaan  APD untuk Pekerja Terdampak PHK

Efek sosial ekonomi adanya pandemi Covid-19 tak bisa diindahkan. Salah satu sektor yang terdampak adalah melonjaknya angka pengangguran secara masif. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Semarang, Jarot Supriyoto mengungkapkan hingga 9 april 2020 terdapat sejumlah 7.955 pekerja yang terdampak ekonomi akibat pandemi. Sebanyak 342 pekerja harus kehilangan mata pencahariannya setelah perusahaan memilih opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu ribuan pekerja lainnya terpaksa harus dirumahkan. Merespons hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Tengah melakukan program pemberdayaan bagi para pekerja yang terdampak Covid-19. Pada awal peluncuran program tim ACT memberdayakan para wanita yang dirumahkan oleh pabrik tempat mereka bekerja. Giyanto Kepala Cabang ACT Jateng mengungkapkan setidaknya ada 15 warga di lingkungan Desa Sidorejo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang yang terbedayakan melalui program pemberdayaan ini. “Kita bekerja sama dengan YBM PLN Kudus menentukan penerima manfaat mereka yang bekerja di pabrik garmen. Kita berdayakan dengan memproduksi ratusan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain hazmat suit, face shield, dan masker,” ungkap Giyanto. Nantinya kata Giyanto hasil dari produksi APD ini akan diperbantukan kepada tenaga medis di beberapa tempat fasilitas kesehatan dan masyarakat yang sangat rawan terdampak Covid-19. “ACT sudah bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan dalam penanganan pandemi. Insya Allah melalui program pemberdayaan ini dapat memberi upah layak bagi para pekerja ter-PHK sekaligus mampu mendukung para pejuang medis dalam menangani Covid-19 dengan APD yang kita produksi,” lanjut Giyanto. Hamas Rausyanfikr selaku PIC program pemberdayaan ini merasa prihatin atas banyaknya buruh pabrik dan warga terdampak covid-19 yang ter-PHK atau dirumahkan. “Munculah ide untuk menawarkan kepada para korban terdampak yang memiliki keterampilan menjahit untuk bersama-sama mengupayakan produksi APD. Selain itu produksi ini juga bekerja sama dengan perusahaan tekstil untuk menghadirkan bahan-bahan terbaiknya,” imbuh Hamas. Adapun kata Hamas barang yang digunakan meliputi nylon taslan water repellent (bahan yang tidak tembus air, tahan terhadap droplet dan sudah teruji) dan bahan anti bakterial di sisi dalam masker. Tim ACT Jateng berkesempatan untuk menyapa tim produksi APD, salah satu yang berhasil diwawancarai yaitu Ibu Fatonah. Menurutnya pandemi covid-19 ini sangat berdampak bagi kekuarganya, hampir separuh karyawan dirumahkan ditempat Fatonah bekerja. “Alhamdulillah ada pekerjaan tambahan dari ACT sehigga dapat membantu memenuhi kebutuhan pokok keluarga saya,” ungkapnya. Suami ibu Fatonah yang bekerja sebagai supir angkot juga terkena imbasnya. “Setiapi hari seringkali suami pulang tidak membawa uang. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah mengakibatkan sepinya penumpang angkot di kota-kota,” pungkas Fatonah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: