Perajin Batik Purbalingga Terkendala Modal

Perajin Batik Purbalingga Terkendala Modal

PURBALINGGA - Perajin batik Purbalingga mengaku kesulitan permodalan dan pemasaran produk. Mereka sering ditolak pihak bank karena tidak memiliki agunan. Hal itu terungkap dalam dialog yang digelar Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi di Balai Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, kemarin (3/8). "Selama ini kami selalu kesulitan permodalan. Sebab untuk menambah modal, kami sering ditolak oleh bank, karena kami tidak memiliki agunan untuk peminjaman. Hampir semua bank mensyaratkan agunan," jelas Enmiyarti, perajin batik tulis Putri Ayu dari Desa Limbasari. Perajin-Batik-Terkendala-Modal Dia berharap ada perhatian khusus dari Pemkab Purbalingga, untuk difasilitasi peminjaman modal usaha namun tanpa agunan. Sehingga perajin batik di Purbalingga bisa mengembangkan usahanya. Tak hanya itu, dia juga meminta kepada Pemkab untuk membantu pemasaran produk. Selama ini, perajin hanya menunggu pembeli datang atau menunggu penjual besar mengambil batik dari Limbasari. Sehingga keuntungan yang didapat tidak maksimal. Padahal di kota-kota besar, batik asal Purbalingga terutama Limbasari dijual dengan harga berkali-kali lipat dibandingkan harga jual. Kepala Desa (Kades) Limbasari, Halimah mengungkapkan, perajin batik menunggu sentuhan dari pemkab. Terutama untuk membuka pangsa pasar dan juga ruang pameran. Dia mengusulkan, agar batik Limbasari lebih memasyarakat, pemkab memberikan kesempatan agar batik Limbasari jadi motif seragam PNS dan pegawai di lingkungan Pemkab. Mereka siap memproduksi dalam skala besar. “Kami optimis jika diberi kesempatan demikian, perajin akan tertantang untuk berproduksi dan berinovasi,” ungkapnya. Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan, pihaknya akan mencoba memberikan peluang kepada perajin batik khas Limbasari dan mencoba memberikan pangsa pasar. “Kami akan buatkan semacam galeri di Griya UMKM. Sehingga produk batik Limbasari bisa dipamerkan di sana,’ ujarnya. Terkait permodalan, pihaknya akan mengupayakan adanya modal tanpa agunan. "Saat ini, kami tengah "menggodok" rencana pemberian bantuan modal kepada perajin UMKM. Bantuan modal tersebut tanpa agunan dan bunganya ringan," jelasnya. Kepala Bidang Usaha Menengah Kecil dan Mikro Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kabid UMKM Disperindagkop) Kabupaten Purbalingga Gatot Budi Raharjo menjelaskan, batik khas Limbasari siap bersaing dengan batik daerah lain. Di desa Limbasari saat ini terdapat 248 perajin batik. Diakui, saat ini yang menjadi kendala masalah pangsa pasar karena batik Limbasari belum memasyarakat secara luas. Jika produksi terus jalan namun pangsa pasar belum terbuka, perajin akan merugi. “Kami mencoba mencari solusi terhadap masalah tersebut,” tutur Gatot. (tya/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: