Kembangkan Pertanian Organik

Kembangkan Pertanian Organik

[caption id="attachment_93877" align="aligncenter" width="100%"] OLYMPUS DIGITAL CAMERA[/caption] Meskipun bukan berstatus PNS, Suwanto memiliki dedikasi yang cukup baik dalam bidang pertanian. Pria kelahiran 12 Desember 1971 ini, bekerja sebagai tenaga harian lepas (THL) yang memperbantukan tenaga Penyuluh Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan di kecamatan Kaligondang, khususnya di desa Penolih. Di Purbalingga, dia terkenal sebagai pelopor pertanian organik. Baik dari sisi sistem penanaman maupun hasil tanamnya yang berupa bahan pangan. Pengabdiannya yang paling mendasar adalah berinovasi dengan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang berguna untuk menyuburkan lagi tanah yang rusak dang mengeras akibat penggunaan pupuk kimia. “Jadi kalau pupuk kimia itu sifatnya instan, pertumbuhan cepat. Namun dalam jangka panjang ia merusak. Nah dengan sistim organik ini ibaratnya mengobati kerusakan tanah tadi. Dalam jangka panjang bukannya bertambah rusak, namun bertambah subur hasil panen meningkat,” katanya. Pertama ia menggeluti bidang pertanian di sekitar tahun 2005. Ketika itu ia bergaul dengan tokoh senior pupuk organik di Purbalingga. Tahap selanjutnya ia mulai mengembangkan sendiri. Tak luput juga melibatkan para akademisi. Termasuk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) khususnya dalam bereksperimen meningkatkan produktivitas mikroorganisme dalam pupuk cair organik (POC) yang dibuatnya. Hasilnya ia ujicobakan ke laboratorium pertanahan Universitas Jenderal Soedirman, bagaimana untuk menumbuhkan padi. Terbukti, pupuk hasil inovasinya terbukti sangat baik. Selain itu biaya produksi juga jauh lebih murah. “Pupuk organik buatan sendiri paling hanya menghabiskan biaya Rp 100 – 150 ribu untuk 7 liter pupuk organik cair  dan untuk 1 hektar sawah. Sementara jika pupuk organik yang dibeli di pasaran bisa menghabiskan Rp 120 ribu hanya satu liter untuk 150 meter persegi,” ungkapnya.(tya/bdg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: