Ratusan Warga Purbayasa Kembali Datangi Pabrik

Ratusan Warga Purbayasa Kembali Datangi Pabrik

Aksi Damai Desak Purbayasa Bebas Polusi PURBALINGGA- Aksi ratusan warga Desa Purbayasa Kecamatan Padamara kembali terjadi, Minggu (3/1). Mereka mendesak pengelola CV Purbayasa, di Desa Purbayasa Kecamatan Padamara segera menindaklanjuti kesepakatan untuk mengatasi pencemaran pabrik itu. Pasalnya, saat ini, warga masih merasakan adanya polusi udara maupun air akibat limbah pabrik kayu lapis itu. Warga juga belum merasakan ada tindaklanjut yang nyata dari pemerintah maupun pabrik terkait penanganan limbah itu. Aksi damai sekitar 400 orang itu mengusung petisi untuk meniadakan polusi yang menyengsarakan masyarakat selama puluhan tahun. Koordinator aksi damai, M Ali Nurokhim mengatakan, warga sepakat membawa dan memasang ratusan bendera putih untuk menunjukkan bahwa warga Purbayasa hingga saat ini masih berduka. Masyarakat menginginkan kondisi wilayah seperti dulu lagi, dengan udara bersih dan perairan yang bebas dari pencemaran. “Ini aksi kami untuuk kesekian kali dan tidak akan berhenti sampai di sini. Jika perusahaan masih mengabaikan tuntutan  warga Purbayasa, kami akan kembali melakukan aksi. Karenanya, kami membuat petisi dengan tandatangan warga untuk dipasang di lingkungan pabrik. Perjuangan terus kita lakukan sampai pabrik sadar dan tidak mencemari lingkungan,” paparnya di kantor Desa Purbayasa, Minggu (3/1). Sejumlah spanduk bertuliskan tuntutan warga seperti “Asap itu membunuh kami pelan- pelan”, “Setidaknya kami pernah berjuang bukan pecundang”, Asap pabrik rakyat tercekik dan lainnya dipasang di sejumlah dinding pabrik. Usai berkumpul di kantor desa setempat, ratusan warga berarak berjalan menuju lokasi pabrik dengan membawa bendera putih dan melakukan orasi di depan pintu masuk pabrik. Dalam orasi itu nyaris terjadi kericuhan ketika pihak manajemen perusahaan turun ke dekat warga untuk memberikan sambutan. Warga sempat merangsek masuk ke kerumunan depan pintu masuk pabrik, namun tertahan oleh aparat keamanan dan akhirnya dihalau mundur kembali. Sembari kembali ke kantor desa usai orasi, warga mengatakan jika tidak ditanggapi, maka warga akan melakukan aksi yang lebih besar lagi. Kepala Desa Purbayasa, Sutarno meminta warga untuk tetap melakukan aksi damai dan tidak anarkis. Meski begitu, pihaknya ikut prihatin dengan kondisi pencemaran yang masih melanda desanya. “Kami minta warga menahan emosi dan tidak melakukan tindakan merusak dan anarkis. Biar pimpinan di atas mengetahui kalau persoalan ini belum rampung dan belum tuntas,” tegasnya di hadapan warga. Mantan Kades Purbayasa, Tasman mengakui, saat pihaknya menjabat, pabrik olahan kayu itu mengaku akan memikirkan limbah dan tidak membuat pencemaran. Setidaknya sejak tahun 1993 sudah ada ungkapan seperti itu dari pengelola pabrik. “Tidak ada niat baik perusahaan untuk memperbaiki pembuangannya. Pabrik tetap menyebabkan polusi,” tandasnya. Melalui Manajer Personalia pabrik, Adi Saptono, masyarakat menerima penjelasan singkat. Yaitu pabrik sebenarnya telah melaksanakan apa yang menjadi tuntutan warga terkait pencemaran limbah itu. “Kami ingin penyelesaian ini ditangani oleh pemrintah melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH). Kami merasa tuntutan warga sudah kami laksanakan. Namun mengapa warga menilai pabrik masih belum peduli,” ungkapnya. Ia mencontohkan, untuk boiler atau tungku di beberapa tempat  (lokasi pabrik) sudah diupayaan tidak menimbulkan polusi udara. “Dalam waktu dekat kami harap ada perkembangaan bagus yang bisa kami sampaikan kepada warga Purbayasa,” tegasnya. Aksi damai itu akhirnya bubar usai puluhan spanduk tuntutan dan seruan masyarakat ditempel di sejumlah titik. Termasuk ratusan bendera putih yang dipasang di sepanjang ruas jalan raya Purbayasa-Karanggambas hingga ke depan rumah- rumah warga. (amr/bdg) KETERANGAN FOTO 1.      Petisi : Warga mebubuhkan tandatangan soal penanganan pencemaran CV Purbayasa. 2.      Geruduk : Ratusan warga ketika long march mendatangi pabrik. 3.      Seruan : Melalui spanduk seruan warga di dinding lokasi pabrik, pengelola pabrik akan sadar dan segera memperbaiki peralatan yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: