Perajin Batu Bata, Tak Terpangaruh Hebel Tersendat Hujan

Perajin Batu Bata, Tak Terpangaruh Hebel Tersendat Hujan

Pengrajin bata merah sedang mencetak bata. FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS TAMBAK-Produksi bata merah di Desa Pesantren Kecamatan Tambak lesu. Musim penghujan membuat aktivitas pencetakan bata merah secara manual tersendat. Sebab, proses pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. "Saat hujan tidak bisa mencetak bata. Libur dulu. Ketika mendung, gerimis dan hujan bisa sampai satu minggu bata yang sudah dicetak baru bisa dimiringkan," jelas Suripno, Senin (3/12). Kondisi tersebut praktis membuat waktu pembakaran mundur. Di Desa Pesantren terdapat 20 orang pengrajin yang menggantungkan hidup dari terbakarnya bata merah. Bagi pengrajin yang mempunyai cukup modal, mampu membuat tempat pencetakan bata merah. Sehingga, meski hujan tetap dapat melakukan pencetakan. Namun menurut Suripno, mayoritas pengrajin bata tergolong warga kurang mampu. Termasuk dirinya yang tidak dapat berbuat banyak saat intensitas hujan tinggi. "Butuh banyak biaya untuk membuat tempat pencetakan. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari karena pembakaran bata mundur harus mencari hutang," tuturnya di lokasi pencetakan. Sementara itu, Suripno mengaku tidak terpengaruh oleh gempuran bata ringan hebel. Sebab, batu bata merah tidak ditinggalkan oleh konsumen sejak kemunculan hebel. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: