Ketika Istana dan Plaza Bhinneka di Rimba Kalimantan

Ketika Istana dan Plaza Bhinneka di Rimba Kalimantan

FIN PEMENANG : Tim Nagara Rimba Nusa menerima hadiah dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Mereka menang sayembara desain ibu kota baru. Tim Nagara Rimba Nusa menjadi pemenang sayembara desain Kawasan Ibu Kota Negara Baru yang diselenggarakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dengan waktu sebulan, tim berjumlah 10 orang itu sukses membuat konsep Ibu Kota yang menyatu dengan hutan, alam dan Pancasila. ANDI MARDANA, Jakarta Pekerjaan membuat konsep ibu kota negara di tengah belantara Kalimantan bukanlah perkara yang mudah bagai Sibarani Sofian dan tim Urban+. Pasalnya, hanya sedikit ibu kota di seluruh dunia yang wilayahnya berdekatan dengan hutan. Apalagi wilayah yang ditunjuk adalah dua kabupaten yakni Kabupaten Penajam Paser dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang selemparan tombak sudah berada di kawasan hutan. Di sisi lain, tenggat waktu mereka cuma sedikit. Hanya sebulan dimulai akhir Oktober hingga akhir November. Ini bukan pekerjaan gampang. Hingga akhirnya mereka menemukan konsep dengan tema Nagara Rimba Nusa. Sederhananya, Nagara Rimba Nusa memiliki konsep yang menghubungkan manusia dengan alam dan lingkungan serta memanfaatkan potensi sumber daya air sebagai bagian dari kehidupan. Filofis memang, namun untuk membangun konsepnya Sofian tidak sendiri. Ada 10 orang yang bekerja siang malam membangun proyek Masterpiece tersebut. Selain Sibarani Sofian, ia pun mengajak Ardzuna Sinaga, Vincentius Hernawan, Rahman Andra Wijaya, Winarko Hadi, Tedy Murtedjo, Jason Zloktkowski, Scott Dunn, Li Xiaoqing, dan Poh Seng Tiok. Dari sebagian namanya tentu ada yang asing. Ya, Sofian mengaku dirinya tak bisa bekerja sendiri dalam mengikuti sayembara ini. Ia berkolaborasi dengan arsitek dari luar negeri. Tim Nagara Rimba Nusa ini kata Sibarani berasal dari perusahaan yang berbeda dan beberapa anggota tim didatangkan dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Hong Kong. "Saya foudner Urban+ dan sebagian ada yang dari kantor Pak Tedy dan Vincent,” ujar pria yang menyelesaikan gelar sarjana arsitekturnya di Institut Teknologi Bandung tahun 1997 itu. Untuk mewujudkan desain Nagara Rimba Nusa, Sofian harus berkolaborasi dengan sejumlah ahli lingkungan, smart city dan tata kota. "Dibutuhkan banyak ahli yaitu ahli transportasi ada pak Tedy, ahli arsitektur - Vincentius, Winarko hadi dari infrastruktur," kata Sibarani Sofian. Untuk bisa menentukan konsep yang paripurna, timnya pun harus turun langsung ke Penajam dan Kutai Kartanegara. "Salah satu tim saya, Pak Rahman Andra Wijaya pergi ke lapangan jadi dia merasakan. Kalau gak datang ke lapangan gak akan berasa, gak akan punya feel," imbuhnya. Mereka pun sangat berhati-hati dalam menyelesaikan desain IKN baru ini. Dari ide dan gagasan tim bagaiman mewujudkan keseimbangan antara pembangunan yang sifatnya manusia dengan alam. Bagi mereka, ibu kota saat ini belum memiliki konsep keseimbangan kehidupan manusia dan alam belum pernah berhasil diterapkan. Yang artinya, selalu ada aspek yang dirugikan dalam setiap pembangunan. "Bagaimana kita membuat sistem perkotaan terinspirasi atau belajar dari alam. Ini harus megadaptasi bagiamana kalau perilaku suatu hutan kepada suatu kota atau suatu pembangunan. Misalnya bagaimana tidak menghalangi aliran angin, angin itu kan mengalir. Bagaimana tidak mengambil air banyak dari alam, justru mengambil dari olahan yang memang sudah ada secara natural," tetangnya. Lebih lanjut Sibarani menerangkan, Nagara Rimba Nusa berawal dari Nagara yang mewakilkan sebagai sebuah ibu kota. Sementara Rimba dan Nusa merupakan identitas Indonesia. Indonesia, kata dia, memiliki hutan tropis yang menjadi satu di antara hutan yang terbesar di dunia. Tidak hanya itu, negara berbentuk kepulauan terbesar juga menjadi identitas Indonesia. Sehingga nama Rimba dan Nusa dipilih sebagai tema dalam pembuatan desain untuk IKN Baru. Konsep Naraga Rimba Nusa juga membuat satu poros yang melambangkan sebuah pemerintahan. Salah satu anggota tim Nagara Rimba Nusa Ardzuna Sinaga menjelaskan, poros yang dibuat melambangkan karakteristik pemerintahan yang terdiri dari eksekutif, yudikatif, serta legislatif. "Nusa kita juga kepulauan yang terbesar. Inilah hal yang kami anggap menyatukan bangsa," imbuhnya. Dalam konsepnya, tim mendapuk Istana Presiden diletakkan di tengah poros untuk melambangkan lembaga eksekutif. Di sebelah kanan, terdapat lembaga yudikatif, sedangkan lembaga legislatif berada di sebelah kiri. Poros tersebut akan mempresentasikan sebuah pemerintahan yang menjaga rakyatnya sendiri. "Jadi ini satu poros yang melambangkan satu pemerintahan, mengayomi dari rakyatnya sendiri," kata kata Ardzuna yang akrab disapa Angga. Ardzuna menambahkan, tim menambah satu poros panjang yang diberi nama Bhinneka Tunggal Ika dalam konsep Ibu Kota Negara Baru. Salah satunya meletakkan plaza bernama Bhinneka Tunggal Ika berada di tengah. Terdapat dalam desain suatu danau yang merepresentasikan Pancasila. ”Sehingga desain untuk Ibu Kota Baru tidak hanya perwakilan dari alam serta kelangsungan antara manusia dan Tuhan, tapi juga menunjukan sebuah kota yang dapat berproses dari segi pemerintahannya,” terangnya. Bagi Ardzuna, Nagara Rimba Nusa diharapkan menjadi kota yang membuat bangsa kita belajar dan bertransformasi menjadi orang-orang yang lebih menghargai alam. Harapan Jokowi, IKN baru menjadi percontohan untuk dunia. "IKN ini menjadi lambang transformasi bangsa tidak hanya fisik tapi juga sehat secara mental dan dan psikologi," imbuhnya. Sibarani, Ardzuna dan tim sempat berdebat panjang dan cukup alot tentang bagaimana memilih lokasi IKN. Pasalnya masing-masing anggota tim punya pengalaman mengikuti kompetisi desain di berbagai negara yang baru berkembang dan maju seperti Dubai, China, Korea, Vietnam dan lain sebagainya. "Nah itu yang membuat perdebatan cukup alot, masing-masing punya kekuatan, masing-masing punya pengalaman," tuturnya. Mengingat lokasinya yang sangat besar sekitar 5.000 - 6.000 hektare untuk lokasi IKN, tim membutuhkan setidaknya 1.822 meter untuk menjadi pusat administrasi. Setelah berunding selama beberapa minggu, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memilih lokasi yang dekat dengan air. "Akhirnya kami setuju bahwa bagaimanapun, ini harus diwujudkan dalam suatu statement. Jadi setelah hampir dua minggu lalu kami memutuskan oke lokasinya ada di sini," ujar pria berdarah Batak tersebut. Setelah menyatukan ide dan gagasan, tim bekerja dengan keras bahkan di hari libur. "Di kantor pun kerja siang malam ya. Mereka sudah hampir 5 minggu nggak punya weekend ya. Jadi nggak libur," ujarnya. Disinggung motivasi mengikuti lomba ini, Ardzuna dan Sibarani yang sebelumnya bekerja dengan nyaman di luar negeri mengaku terpanggil untuk kembali ke Indonesia untuk memberikan kontribusi yang nyata. "Kami berpikir bahwa kita sudah banyak membantu negeri orang, jadi harus punya satu kesempatan untuk memperkokoh Indonesia, jadi kami kembali ke Indonesia. Dari awal memang kami ingin sekali bisa berkontribusi apapun bentuknya dan memang tidak tidak mudah karena banyak tantangan dan terus satu lagi siapa kenal kamu?," ujar Ardzuna. Mereka memulai kontribus pada hal-hal kecil dari pedestrian di DKI Jakarta yakni mulai di Melawai, Lapangan Banteng dan berkolaborasi dengan arsitek lalu membantu beberapa proyek. Mereka akhirnya mulai berpikir untuk melakukan hal yang lebih besar lagi. "Kita harus punya sesuatu (lebih) yang kebetulan opportunity-nya, kesempatannya ada yaitu IKN baru ini," tutur Ardzuna. Meskipun awalnya mereka ragu dan khawatir, mengingat ada banyak yang ikut berpartisipasi dalam kompetisi ini. Namun nyali mereka tak gentar. "Kami dapat pasangan akhirnya kami nekat. Ya sudah kita coba, kita coba juga libatkan teman-teman di kantor teman-teman lain juga yang ingin kontribusi dan mengerjakan sayembara itu," tuturnya. Usaha memang tidak akan pernah mengkhianati hasil. Menjadi pemenang pertama dalam Sayembara Gagasan IKN Baru merupakan buah yang diperoleh tim Urban+. Mereka pun mendapat apresiasi dari Kementerian PUPR berupa uang tunai sebesar Rp 2 miliar. Nilai yang tidak kecil untuk sebuah maha proyek. "Setelah hampir setengah tahun kita ikut sayembara, dan banyak sekali bekerja yang sifatnya itu menghabiskan waktu weekend, keluarga kami juga kasihan ya. Sekarang saatnya breaking minimal libur Natal dan Tahun Baru Nah," ujar Ardzuna. Dewan Juri memutuskan desain bertema Nagara Rimba Nusantara sebagai pemenang sayembara (juara 1). Desain ini dibuat oleh Urban+, perusahaan yang didirikan Sofian Sibarani. dan berhak menerima piagam penghargaan dan hadiah sebesar Rp 2 miliar. Sedangkan juara 2 dengan desain bertema The Infinite City, berhak mendapatkan piagam penghargaan serta hadiah sebesar Rp 1,25 miliar. Juara 3 yakni desain bertema Kota Seribu Galur, berhak mendapatkan piagam penghargaan serta hadiah Rp 1 miliar. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, para pemenang Sayembara Gagasan Desain IKN tingkat nasional akan segera diajak langsung lokasi calon IKN di Kalimantan Timur (Kaltim) untuk penajaman gagasan desain dengan kondisi lapangan. Diharapkan dengan melihat ke lokasi, akan didapatkan pengalaman dan sense terbaik sebagai dasar penyusunan detail desain yang akan dimulai tahun 2020. "Januari 2020 mendatang, tiga besar pemenang sayembara akan diajak kembali survei lapangan sekitar 2-3 hari, agar mendapatkan gambaran langsung untuk bisa menyusun desain yang lebih terinci mengadopsi kondisi alam dan budaya Kalimantan serta mencerminkan visi Indonesia kedepan," kata Basuki. Dikatakannya, survei lapangan juga diperlukan untuk memastikan rancangan yang akan disusun telah sesuai dengan rencana lokasi pembangunan prasarana dasar seperti Bendungan Sepaku Semoi yang akan dibangun pada 2020. Detail desain akan dimulai dari titik pusat Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP)-IKN untuk rencana pembangunan prasarana dasar yakni jalan, bendungan, dan drainase dengan luasan 4.000 - 6.000 ha. "Terkait pembangunan jalan menuju IKN juga harus dilaksanakan dengan hati-hati, karena di hulu lokasi IKN tepatnya di Teluk Balikpapan terdapat tempat yang menjadi habitat Bekantan yang harus dilindungi. Bekantan ini hanya ada di Kalimantan dan mungkin terbanyak di Teluk Balikpapan, untuk itu akan dilindungi dengan pagar sehingga tidak akan terdampak pembangunan," terang Basuki. Sesuai pesan Presiden Jokowi, Menteri Basuki juga menyebut hasil detail desain IKN nanti tidak hanya bagus namun juga harus memiliki nilai pembeda dari desain-desain Ibu Kota negara lain di dunia. "Sebagai contoh jika kita mendengar kata White House pasti identik dengan Washington DC di Amerika. Untuk itu nantinya gedung yang akan dibangun di IKN juga harus unik. Boleh desain luarnya mengangkat tema tradisional, namun di dalamnya fasilitas harus modern yang menunjukkan smart building. Rencananya akan ada sayembara tersendiri untuk desain gedung-gedung pemerintahan," ujar Basuki.(dim/fin/tgr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: