Perampok Toko di Sumpiuh Berlogat Banyumasan, Tinggalkan Uang Logam
Ucok Rojali tak mungkin melupakan pengalaman kelamnya. Di bawah ancaman golok, lelaki itu harus menyaksikan harta yang dikumpulnya dengan kerja keras dibawa begitu saja oleh para rampok. Rojali juga tak akan lupa jika para perampok itu berkomunikasi dengan logat Banyumasan yang kental. Saat melapor di Mapolsek Sumpiuh, Rojali menuturkan, sebelum peristiwa nahas itu berlangsung, isterinya Musriyati (50), sempat terbangun sekitar pukul 02.00 dinihari. Saat itu, Musriyati terbangun untuk buang air. "Isteri sebelumnya sudah bangun untuk buang air, tapi kemudian tidur lagi. Belum lelap, tiba-tiba terdengar suara dari bagian belakang rumah," ujarnya. Mendengar suara mencurigakan, sepasang suami isteri yang sudah memulai usaha toko sembako sejak tahun 1988 itu, saling bertanya-tanya. Sebab, suara yang terdengar sangat kecil dan tidak begitu jelas. "Seperti suara tikus, bunyi kreket-kreket. Tapi tak lama, pintu kamar saya digedor-gedor hingga terjadilah aksi perampokan itu," kata dia. Setelah ditodong, sepasang suami isteri itu diikat dengan tali plastik berpengait. Pelaku juga membekap mulut keduanya. "Tapi, saya sempat bilang ke pelaku, jangan ganggu isteri saya. Pelaku akhirnya mengikat kedua tangan dan kaki, serta melakban mulut isteri yang saat itu ada di tempat tidur," paparnya. Sebelum mengikat tangan Rojali, pelaku melontarkan kalimat ancaman kepada Rojali. Dia diminta untuk tidak melawan dan jangan berteriak. "Awalnya saya teriak karena kaget ditodong golok, pelaku langsung mengancam. Diam, jangan teriak dan jangan melawan, itu yang dikatakan oleh para pelaku," ungkapnya. Rojali menuturkan, dibawah ancaman senjata tajam dia menuruti permintaan pelaku. Lemari tempat penyimpanan uang, dia buka dan pelaku mengambil semua isinya. "Saya menuruti permintaan pelaku, semua uang kertas dia ambil juga perhiasan emas yang saya simpan. Pelaku sempat hendak membawa uang logam, tapi saya meminta belas kasihnya, uang logam dipakai untuk kembalian di warung," tandasnya. Keinginan Rojali yang satu itu diloloskan perampok. Mereka meninggalkan uang logam tersebut. Menurut pengakuan Rojali, yang terpenting baginya adalah keselamatan dia dan isterinya. Materi tidak dapat menggantikan nyawa. "Saya hanya nurut saja mencari aman, yang terpenting kami selamat. Tidak apa-apa mereka mengambil semuanya, asalkan kami tidak dibunuh," tandasnya. Sebelum meninggalkan lokasi, pelaku membicarakan sesuatu. Pembicaraan tersebut terdengar samar-samar oleh Musriyati. "Saya sempat mendengar salah satu pelaku menanyakan apakah mobilnya sudah siap, coba dihubungi lewat telepon," ujar Musriyati perempuan dengan baju muslimah itu. Menurut pengakuan keduanya, para pelaku menggunakan logat bahasa Banyumasan. Tidak ada sesuatu yang asing yang terdengar di telinga kedua korban. "Logatnya pakai bahasa banyumasan. Sesekali salah satu pelaku menggunakan bahasa Indonesia," jelasnya. Namun sayangnya, keempat pelaku yang berhasil masuk ke dalam rumah tidak dapat dikenali dengan baik oleh korban. Sebab, para pelaku menggunakan penutup kepala dan hanya terlihat matanya saja. "Tidak ada ciri fisik yang dikenali, semuanya memakai penutup kepala dan hanya matanya saja yang terlihat," tandasnya. Meskipun ada kamera CCTV yang terpasang, akan tetapi tidak dapat melihat secara jelas ciri-ciri pelaku. "Pelaku sempat turun ke bawah, ke toko tapi tidak terlihat CCTV yang ada di toko, di lantai atas kebetulan tidak ada CCTV," pungkas Rojali. (miftah/dis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: