Ramadan: Bulan Literasi Umat Islam

Dosen Prodi PBSI, FKIP, UM Purwokerto, Dr. Eko Muharudin, S.S., M.Pd.--
Dr. Eko Muharudin, S.S., M.Pd.
Dosen Prodi PBSI, FKIP, UM Purwokerto
Di tengah hiruk pikuk isu dan fenomena sosial di negara ini, bulan Ramadan telah datang menyambangi rutinitas kehidupan. Rutinitas dan ritual (amaliah) bulan Ramadan di tengah-tengah masyarakat terasa semarak. Di masjid-masjid dan mushola penuh dengan berbagai aktivitas yang menggembirakan, seperti takjil, tarawih berjamaah, sahur bersama, dan kajian-kajian keislaman.
Sebagai muslim yang taat, Ramadan hendaknya tidak dimaknai sebuah rutinitas (kebiasaan) saja, tetapi dapat jugas untuk kegiatan penguatan literasi. Literasi menurut KBBI online (2024) memuat dua arti yakni kemampuan menulis dan membaca serta pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. Literasi juga memiliki pengertian kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif untuk mengembangkan potensi dan dan berpartsipasi dalam kehidupan sosial (Alberta.ca., 2025).
Di bulan Ramadan ini, kesempatan untuk berliterasi secara mendalam bagi muslim jangan dilewatkan begitu saja. Seorang muslim harus menyadari bahwa Islam merupakan agama yang mendorong umatnya untuk melek literasi. Hal ini tidak lepas dari sejarah turunnya kitab suci Al-Qur’an. Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat tentang motivasi untuk menuntut ilmu dengan perintah iqra’ (Q.S. Al-‘Alaq: 1).
Iqra’ dalam bahasa Indonesia dimaknai membaca. Menurut Umar (2016) iqra’ memiliki empat makna. Pertama, iqra’ dimaknai how to read, yakni sekedar membaca tanpa ada pemahaman, sebagai contoh orang yang membaca Al-Qur’an. Pembaca hanya membaca dengan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Akan tetapi, pembaca tidak paham makna yang sedang ia baca. Kedua, iqra’ bermakna how to learn. Makna tersebut mengajarkan bahwa membaca merupakan salah satu aktivitas belajar, sehingga seorang pembelajar dan pembaca harus memahami metode atau strategi belajar yang digunakan. Ketiga, iqra’ dimaknai how to understand. Tingkatan membaca yang ketiga ini tidak sekadar membaca, tetapi memahami apa yang dibaca.
Membaca kemudian memahami merupakan aktivitas yang melibatkan indra mata, hati dan pikiran, serta hati yang bersih. Hal ini akan membuat pembaca mudah memahami teks dan ayat-ayat Allah Swt. dalam Al-Qur’an yang memuat perintah, larangan, serta hikmah-hikmah yang mendalam. Sangat disayangkan apabila seorang muslim belum bisa memahami ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang syarat dengan hikmah kehidupan. Memahami merupakan pijakan utama sebelum seseorang menerapkan suatu konsep dan gagasan. Setelah proses ini, seseorang akan dapat memilih, menentukan, dan mendemonstrasikan pemecahan masalah yang ada di sekitarnya (Bloom, 1956).
Momentum bulan Ramadan ini dapat dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk lebih tekun mengkaji kadungan Al-Qur’an. Melalui kajian bersama di masjid-masjid, kampus, sekolah, serta komunitas kajian keislaman, seorang muslim dapat membiasakan dan mempertajam kegiatan literasi agar lebih bermakna. Dengan demikian, seorang muslim dapat memahami ayat-ayat Allah Swt. lebih mendalam. Hasil literasi ini dapat diterapkan dan implementasikan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya, dengan pembiasaan literasi, seorang muslim dapat ikut berkontribusi membawa kebermanfaatan untuk diri dan lingkungan sekitar serta mengimplementasikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: