Pernah Bawa Anak Penderita Tumor Berobat ke Bali

Pernah Bawa Anak Penderita Tumor Berobat ke Bali

[caption id="attachment_97941" align="aligncenter" width="100%"]Carlos bersama keluarga bocah yang menderita ambeien saat hendak berangkat ke Bali kemarin. F-Firdaus/Radar Dompu Carlos bersama keluarga bocah yang menderita ambeien saat hendak berangkat ke Bali kemarin. F-Firdaus/Radar Dompu[/caption] Carlos Ferrandiz, Bolak-balik Indonesia–Spanyol demi Dompu Di Dompu, Carlos Ferrandiz mengajar serta membantu perlengkapan belajar, biaya sekolah, dan pengobatan warga sakit. Mudik ke Spanyol hanya untuk cari dana. FIRDAUS, Dompu APA yang disampaikan anak itu sama sekali tak dipahami Carlos Ferrandiz. Setengah jam lebih mereka berusaha saling memahami, tanpa hasil. Maklum, si bocah bicara dalam bahasa Indonesia, bahasa yang tidak dikuasai pria Spanyol tersebut. Tapi, dengan susah payah, lewat perantara bahasa tubuh, Carlos akhirnya mencapai kesepakatan dengan si bocah. Dia berjanji mengajarinya bahasa Inggris keesokan hari. Asalkan dia kembali ke tempat yang sama: Pantai Lakey, Dompu. Di hari yang dijanjikan, bocah tersebut benar-benar datang. Tapi tidak sendirian. Namun bersama keluarga dan teman-teman sekampungnya di Hu’u, desa tempat Pantai Lakey berada. Total jumlahnya puluhan. ”Saya kaget juga. Tapi, janji adalah janji,” kenang Carlos tentang kejadian sembilan tahun silam itu kepada Radar Dompu (Jawa Pos Group). Itulah pertautan pertama Carlos dengan warga dari tempat yang kemudian menawan hatinya. Pertautan yang banyak mengubah jalan hidupnya. Juga tak sedikit mengubah hidup warga wilayah yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), tersebut. Sejak 2010 Carlos mengabdikan diri di dua bidang yang di banyak pelosok Indonesia selalu dalam kondisi memprihatinkan: pendidikan dan kesehatan. Yayasan Harapan Project Sumbawa yang didirikan dan dikelolanya sendiri tak hanya bergerak di Hu’u. Tapi juga di berbagai desa lain di Dompu. Di bidang pendidikan, setiap sore hari, pria 35 tahun itu mengajar berbagai mata pelajaran. ”Saya mengajar apa pun yang saya bisa,” ucapnya. Setiap pekan Carlos harus mengajar total 1.200 anak. Bukan hanya itu, dia juga memberikan bantuan biaya pendidikan. Mulai untuk perlengkapan belajar hingga pembangunan sekolah. ”Carlos sangat banyak membantu kami,” ujar Kepala SDN 09 Hu’u Mukhtar H. Yakub. Begitu pula halnya di bidang kesehatan. Beberapa tahun terakhir, Carlos terus membantu mendanai penyembuhan berbagai penyakit yang diderita masyarakat Dompu. Terutama yang tidak bisa ditangani para dokter di NTB. Salah satunya Deby, bocah asal Desa Soro, Kecamatan Kempo, yang menderita tumor di kaki. Sempat divonis akan diamputasi, kini dia sudah bisa berjalan normal. Carlos harus membawa Deby ke Bali karena semua dokter di NTB tidak bisa menangani penyakitnya. Sesampai di sana, dokter juga mengharuskan Deby diamputasi, tapi dia yakin ada solusi lain. ”Akhirnya saya temukan dokter yang bisa mengoperasi tumor Deby. Sekarang dia sembuh total,” ucapnya. Semua itu sama sekali tak terbayangkan oleh Carlos di hari ketika kakinya untuk kali pertama menginjak Dompu pada 2007. Sebelumnya dia telah sampai ke Bali. Namun, suasana di sana tidak membuatnya betah. Tujuannya ketika itu hanya mencari tempat yang alami. Hingga akhirnya dia sampai ke Pantai Lakey. Carlos seperti menemukan surga yang telah sekian lama dicarinya. ”Saya (langsung) jatuh cinta dengan Dompu,” katanya. Kabupaten Dompu memiliki delapan kecamatan. Dikenal sebagai penghasil susu kuda liar dan madu, kabupaten seluas 2.321,55 km persegi tersebut dihuni sekitar 220 ribu penduduk. Pertautan dengan warga setempat membuat Carlos melek akan kondisi sosial di sana. Dia pun merasa punya tanggung jawab untuk turut membantu. Terlebih dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Carlos lalu kembali ke Spanyol dan mendirikan Yayasan Harapan Project Sumbawa. Setelah mengukuhkan hatinya untuk membantu masyarakat di Kabupaten Dompu, dia kembali ke Lakey pada 2010. ”Saya kembali ke sini (Dompu) setelah resmi mendirikan Harapan Project,” ujarnya. Demi tanah di negeri yang terpisah ribuan kilometer dari tempat kelahirannya itu, Carlos rela meninggalkan zona nyaman. Mulai profesi sebagai pengacara yang membuatnya mapan secara ekonomi, keluarga, sahabat, dan kultur yang membesarkannya. Carlos memilih tinggal di negeri yang bahasanya baru belakangan dia kuasai. Di sebuah pelosok yang jauh dari kenyamanan hidup sebagaimana dijumpainya di Spanyol. Tiap tahun, hanya pada Juli sampai Agustus Carlos menggunakan paspor untuk kembali ke kampung halaman. Itu pun tujuannya masih terkait dengan Dompu: untuk mengumpulkan dana. ”Sebab, donatur dari Indonesia sangat minim,” ungkapnya. Sekembali ke Dompu, Carlos melakukan semuanya sendiri. Memang pernah ada beberapa teman dari Spanyol yang sukarela membantu. Tapi, itu pun tidak lama. Di Dompu Carlos tidak punya rumah pribadi. Hingga kini dia masih mengontrak di Hotel Balumba yang berlokasi di sekitar area wisata Pantai Lakey. ”Saya bersyukur karena mendapat diskon dari pemilik hotel,” ucapnya. Bahkan, Edel, sang pacar yang tinggal di Spanyol, belum bisa diajaknya ke Indonesia. ”Dia sangat ingin ke sini. Tapi, biaya belum ada,” katanya. Kemunculan di sebuah program televisi beberapa waktu lalu memang membuatnya dihubungi banyak relawan yang menyatakan siap membantu. Tapi, sejauh ini ya hanya itu: baru sebatas menghubungi. Begitu pula halnya dengan upayanya mencari sponsor di sini. ”Belum dapat-dapat (sponsor) sampai sekarang.” Toh, kesulitan demi kesulitan itu sama sekali tak menyurutkan semangatnya. Ketika terakhir dihubungi Radar Dompu Selasa lalu (2/2), Carlos tengah melakukan perjalanan ke RS Sangla Bali. Membawa seorang bocah Dompu yang menderita penyakit jenis hemoroid atau ambeien. Ususnya keluar di anus. Tak heran kalau warga Hu’u dan banyak desa lain di Dompu sudah menganggap Carlos bukan lagi warga asing. ”Dia sudah seperti keluarga bagi kami,” ujar Kepala Desa Hu’u Hidayat. Karena itu, dia berharap pemerintah di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat juga turut mendukung keberadaan Harapan Project. Terutama menyangkut kebutuhan materiil untuk kegiatan sosial yayasan tersebut. ”Keberadaan Harapan Project sangat positif. Karena itu perlu didukung semua pihak,” katanya. Carlos tak tahu apakah bantuan seperti yang diharapkan Hidayat itu akan datang. Baginya, yang terpenting adalah berbuat dengan segala yang dia bisa, dengan segala yang dia punya. Demi Dompu. ”Bagi saya, berbuat baik itu tidak pernah memandang ras, suku, atau negara,” tuturnya. (*/JPG/c9/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: