Kepek Sumpiuh Diminati Pasar Luar Pulau

Kepek Sumpiuh Diminati Pasar Luar Pulau

SUMPIUH - Kepek atau wadah ayam jago buatan warga Desa Kemiri Kecamatan Sumpiuh sudah laku terjual hingga ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Mataram, Bali, dan beberapa kota di Sulawesi dan Kalimantan. Salah seorang perajin kepek Desa Kemiri, Arif Munandar (39) memproduski kepek dengan berbagai macam gambar, sepeti ayam, burung, pemandangan alam, pantai, bendera klub sepak bola, serta bermotif tulisan. Dia mengaku menjual kepeknya pada juragan asal Surabaya. Juragannya yang memasarkan kepeknya hingga merambah berbagai wilayah. Tak hanya itu, dia sempat menawarkan kepek kreasinya melaui media sosial. Kepeknya pun banyak dipesan oleh pembeli di Kalimantan, Sumatera, dan dia sempat pula mengirim hingga ke Makasar. "Lewat media sosial harganya lebih mahal, saya jualnya 250 ribu, kalau ke juragan sekitar  Rp 110 ribu, tergantung rumitnya motif," katanya. Dia memang membuat kepek dengan berbagai macam variasi gambar. Cara ini ditempuh agar kepeknya dihargai lebih mahal. Bahkan dia mengedepankan seni di setiap kepeknya. Idenya pun dia karang sendiri.     "Kalau ada ide baru saya tawarkan ke juragan, dia yang promosi, nanti kalau ada yang pesan baru saya buat. Saya coba sendiri, kalau motif gambar tersebut kurang diminati saya cari gambar lain, saya promosikan kalau barang ini limited edition," jelasnya. Menurut dia, dengan menjual kepek motif berbagai macam gambar, kepeknya makin banyak diminati. "Kalau kepek yang bagus akan meningkatkan prestise pemilik ayam dan ayam itu sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri," paparnya. Berbeda dengan Arif, Dedi supriadi (34) tidak membuat kepek dengan motif yang lebih sederhana. Kepeknya pun dijual dengan harga Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu, tergantung pada jenisnya. Namun, kepeknya pun sudah dikirim ke berbagai kota, seperti Ponorogo, Yogyakarta, Muntilan, Prambanan, Surabaya,Indramayu dan Semarang. "Saya kirim ke juragan, nanti dia yang mengirim, jadi nyebar kemana mana," ujarnya. Arif dan Dedi berharap, kesejahteraan perajin bisa meningkat. Sebab, meski pemasarannya sudah menyebar ke berbagai kota, namun keuntungan masih tipis. Harga bahan baku terus naik, sedangkan harga penjualan ajeg. "Bahan baku naik terus," imbuh Dedi. (wah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: