Dalam kisah yang diceritakan oleh Eyang Gito, Adipati Wargo Utomo ke II bersama rakyatnya tidak hanya menemukan pohon tembaga, tetapi juga membabat rawa yang menjadi tanah subur bagi masyarakatnya.
Proses pembabatan tersebut berakhir pada tahun 1571, di mana tanah yang kini dikenal sebagai Banyumas dapat dihuni. Adipati kemudian melaporkan pembentukan Kadipaten Banyumas kepada Kesultanan Pajang.
Tanggal 22 Februari 1571, yang dalam kalender Islam bertepatan dengan tanggal 27 Ramadhan 987 H, menjadi saksi lahirnya Kadipaten Banyumas. Sebuah peristiwa monumental yang diabadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Banyumas.
BACA JUGA:Es Badeg, Minuman Khas Banyumas yang Legendaris dan Menggoda Lidah!
BACA JUGA:Nopia, Jajanan Tradisional Khas Banyumas
Asal-Usul Kata "Banyumas"
Asal usul nama Banyumas menyimpan kisah menarik yang menghubungkan kata-kata "banyu" dan "mas", menciptakan makna mendalam yang terkandung dalam identitas wilayah ini. Nama yang merangkai unsur air dan emas, mengundang kita untuk menjelajahi jejak sejarah yang mengukir nama Banyumas dalam peta budaya Jawa Tengah.
Kata "Banyumas" memiliki dua elemen utama: "banyu" yang berarti "air", dan "mas" yang merujuk pada "emas". Sebuah simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai kesejahteraan dan kekayaan alam.
Cerita bermula dari seorang pemuda Roma yang menjelajahi wilayah ini. Saat tiba di Banyumas, dia disaksikan para penduduk yang tengah mengantri di sumber mata air saat musim kemarau melanda. Ungkapan "rega banyu kaya mas" (harga air seperti emas) yang terdengar dari mulut para penduduk inilah yang menjadi pemicu pembentukan nama Banyumas.
Banyumas menjadi nama yang mengandung makna mendalam, bukan hanya sekadar istilah geografis, melainkan sebuah cermin kehidupan dan nilai-nilai masyarakatnya. Dibalik kata-kata "banyu" dan "mas", terdapat jejak sejarah yang mencipta identitas Banyumas sebagai wilayah yang dipenuhi kekayaan alam dan kearifan lokal. (wan)