Menurut keyakinan masyarakat sekitar, sumber mata air ini dipercayai sebagai tempat yang dimanfaatkan oleh Syekh Syadzali dan para santrinya untuk melakukan wudhu. Keberadaan air ini menjadi bagian dari warisan spiritual dan menjadi objek penting dalam wisata religi di Kudus dan sekitarnya.
Air Tiga Rasa bukan hanya sekadar objek wisata biasa. Kehadirannya mengandung nilai-nilai spiritual dan sejarah yang dalam, menambahkan kesakralan pada kunjungan para ziarah. Kendati ukurannya kecil, air ini memiliki peran yang besar dalam konteks keagamaan, mempertahankan pesona sejarah dan tradisi spiritual.
3. Langgar Bubrah
Langgar Bubrah, sebuah bangunan bersejarah, merupakan salah satu cagar budaya yang terletak di RT 2RW 4 Desa Demangan, Kecamatan Kota di Kudus. Bangunan ini terdiri dari tumpukan batu bata yang menyimpan cerita dan makna yang mendalam dalam sejarah kota ini.
Nama "Langgar Bubrah" sendiri berasal dari dua kata, yakni "langgar" dan "bubrah". Dalam pemaknaan masyarakat sekitar, "langgar" mengacu pada suatu tempat ibadah kecil seperti musala atau surau. Sedangkan kata "bubrah" diartikan sebagai "rusak" atau "berantakan". Kombinasi dari kedua kata ini menggambarkan gambaran tentang sebuah musala yang terlihat rusak dan tak terawat.
BACA JUGA:Menelusuri 3 Wisata Religi Cilacap Terbaik yang Harus Dikunjungi
BACA JUGA:Desa Onje Kuatkan Status Menjadi Desa Wisata Religi di Purbalingga
Bangunan ini menarik perhatian karena usianya yang lebih tua dibandingkan dengan Masjid Menara Kudus. Secara visual, Langgar Bubrah tampak seperti musala yang belum sempurna atau belum selesai dalam pembangunannya. Keberadaannya menjadi petunjuk akan adanya akulturasi budaya Hindu-Islam di masa lalu, mencerminkan perpaduan nilai-nilai dari kedua kepercayaan.
Sebagai salah satu benda cagar budaya, penting untuk menjaga kelestarian Langgar Bubrah. Bangunan ini bukan hanya sekadar simbol fisik, tetapi juga memperlihatkan jendela berharga terhadap sejarah serta interaksi budaya yang mengakar di Kudus.
Dalam konteks keberadaan Langgar Bubrah sebagai warisan budaya, perlindungan dan pemeliharaannya sangatlah penting. Dengan menjaga kelestariannya, kita dapat mempertahankan jejak masa lalu, menghormati nilai-nilai kultural yang telah membentuk identitas suatu wilayah, serta menyampaikan warisan budaya kepada generasi mendatang.
4. Museum Gusjigang C-Building
Museum Gusjigang, yang memanfaatkan akronim dari nilai-nilai ajaran Sunan Kudus, memiliki peran sentral dalam merawat dan menyampaikan falsafah hidup yang menjadi landasan masyarakat Kudus. Gusjigang sendiri melambangkan kebaikan akhlak spiritual, kecakapan dalam ilmu agama, serta keahlian dalam berwirausaha.
BACA JUGA:Menjelajah Budaya Lewat Museum Ranggawarsita Semarang!
BACA JUGA:Museum BRI, Wisata Sejarah dan Edukasi di Purwokerto yang Ada di Pusat Kota
Terletak di Jalan Sunan Muria Nomor 33 Kudus, museum ini adalah milik Muhammad Helmy yang mengabadikan sejarah panjang Kota Kudus. Museum ini bukan hanya mengulas industri jenang dan rokonya, melainkan juga menggali sejarah Kabupaten Kudus sekaligus memaparkan ajaran Sunan Kudus yang berpengaruh.
Gusjigang X-Building Museum Jenang menawarkan berbagai konten menarik yang merangkum kekayaan budaya lokal Kudus. Di antaranya adalah informasi tentang filosofi gusjigang, termasuk ringkasan sejarah Sunan Kudus, Sunan Muria, hingga karya sastra puisi yang mengangkat tema gusjigang.