Sekolah Diminta Berlakukan 15 Menit Membaca Di Luar Buku Pelajaran

Rabu 20-07-2016,08:23 WIB

BANJARNEGARA – Semua sekolah di Kabupaten Banjarnegara diminta memberlakukan metode membaca buku non pelajaran 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Langkah ini dinilai mampu meningkatkan minat baca siswa. Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dindikpora) Banjarnegara Bambang Budi Setiono mengatakan metode ini untuk membiasakan siswa gemar membaca. Ia melihat minat membaca siswa sangat minim. "Membaca merupakan awal dari ilmu pengetahuan. Jika sering membaca maka kita tahu segala hal. Bagi siswa kalau rajin membaca akan pandai dan aktif," ujarnya, Selasa (19/7). Selain untuk meningkatkan gemar membaca, pelaksanaan ini juga sebagai implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Bahkan, jelas Bambang, para siswa juga dibiasakan untuk berdoa bersama sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar. “Nanti ada satu siswa yang memimpin doa tersebut,” lanjut dia. Lebih jauh, ia mengatakan dalam penerapan Permedikbud tersebut, para siswa juga dididik untuk mempunyai jiwa nasionalisme dengan menyanyikan lagu nasional bersama. Sebab, Bambang melihat saat ini, banyak siswa yang justru tidak hafal lagu-lagu nasional. Dalam penerapannya, usai berdoa bersama-sama, para siswa meneruskan dengan menyanyikan lagu nasional bersama-sama. “Nah sebelum pulang, siswa juga diminta untuk menyanyikan lagu daerah. Agar lagu-lagu ini nantinya tidak punah,” kata Bambang. Menanggapi kebijakan ini, Kesiswaan SMA Negeri 1 Banjarnegara Budi Riyono menyambut baik. Namun demikian, menurut dia siswa SMA selain harus paham lagu-lagu nasional maupun lagu daerah, juga harus memahami secara teori.“Jadi nantinya selain secara rutin akan dibiasakan menyanyikan lagu nasional maupun lagu daerah juga akan dibekali terkait jiwa nasionalis,” kata dia. Sedangkan untuk kesiapan, Budi mengaku tidak ada kesiapan khusus. Nantinya, untuk menyanyikan lagu nasional dan daerah akan dibimbing guru kesenian. Sementara untuk meningkatkan gemar membaca, pihaknya mengaku sudah menerapkan metode tersebut. “Bukunya memang bebas, bahkan membaca novel pun boleh,” kata dia. Terpisah, guru SMP Negeri 3 Banjarnegara Farida Nurul menuturkan, kebijakan tersebut akan berdampak positive bagi siswa. Namun, menurutnya untuk mengajarkan budi pekerti bukan saja tugas guru di sekolah, juga melibatkan semua pihak termasuk orang tua di rumah. “Untuk sekolah yang tidak favorit agak berat. Karena biasanya, latar belakang siswa bukan dari orang tua yang kesadaran membaca sudah tinggi. Tetapi bagaimanapun tetap kami upayakan,” tambah Farida. (uje/nun)

Tags :
Kategori :

Terkait