Menggali Kembali Kesenian Tradisional Kotekan Lesung Banyumas yang Hampir Punah

Senin 18-09-2023,16:47 WIB
Reporter : Alma Meidhita
Editor : Puput Nursetyo

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Kesenian tradisional merupakan harta karun budaya yang memperkaya identitas suatu daerah, salah satunya yaitu kesenian tradisional Kotekan Lesung yang ada di Banyumas. Namun, adanya arus modernisasi dan perkembangan teknologi membuat keberadaan kesenian Kotekan Lesung terancam.


Kotekan Lesung atau Gubrak Lesung merupakan kesenian tradisional Banyumas yang terdiri dari lesung dan alu. Lesung merupakan sebatang balok kayu yang tengahnya diberi lubang, sedangkan alu adalah alat yang digunakan untuk pemukul lesung.

Pada zaman dahulu, lesung dan alu merupakan alat yang digunakan untuk menumbuk atau merontokkan padi. Umumnya lesung berukuran kurang lebih 2 meter yang memiliki lubang di tengahnya berukuran sekitar 1 meter.

Kemudian alu sebagai penumbuk lesung berukuran kurang lebih 1,5 meter dengan diameter sekitar 6 cm. Namun ada pendapat yang mengatakan jika besar kecilnya ukuran lesung menggambarkan status sosial seseorang. Semakin kaya atau tinggi status sosial seseorang, maka akan semakin besar ukuran lesungnya.

Masyarakat Banyumas sebagai masyarakat agraris yang menggantungkan perekonomiannya pada hasil pertanian tentu tidak asing dengan aktivitas panen padi. Bagi mereka masa panen merupakan suatu perayaan besar sehingga kegiatan tersebut mereka lakukan dengan penuh kegembiraan.

BACA JUGA:Filosofi Ebeg, Unsur Dakwah Dibalik Kesenian Daerah

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dalam Kesenian Ebeg, Kuda Lumping Asal Banyumas yang Bisa Bikin Mendem

Sejak zaman nenek moyang, dalam kegiatan bertani terdapat pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Tugas lagi-laki dalam aktivitas pertanian yaitu mengolah tanah dan mengangkut hasil panen, sedangkan perempuan bertugas untuk menanam serta menumbuk padi.

Sembari menumbuk padi inilah para perempuan biasa memainkan Kotekan Lesung. Mereka akan memainkannya dengan penuh semangat serta gembira, dan pemandangan ini menjadi hal yang wajar selama masa panen pada zaman dahulu.

Ketika memukulkan alu ke dalam lesung akan menghasilkan bunyi tek..tek..tek..dung. Suara yang dihasilkan inilah yang melatarbelakangi pemberian nama Kotekan Lesung.

Proses Pembuatan Lesung dan Alu

Pembuatan lesung dan alu tidak bisa sembarangan dilakukan, karena ada penghitungan hari supaya lesung yang dihasilkan memiliki kualitas bagus. Lesung dan alu biasanya dibuat dari kayu pohon jati, manggis, ataupun pohon nangka.

Dalam memilih pohon untuk lesung perlu menghindari mangsa kawulo atau masa turun hujan. Alasannya karena jika menebang pohon saat masa hujan maka kayu yang dihasilkan mudah lunak, rusak, dan membusuk karena kandungan air di dalamnya yang sangat banyak.

BACA JUGA:Ini Sejarah Kesenian Tari Ebeg atau Kuda Lumping Khas Banyumas

BACA JUGA:Kesenian Ebeg: Budaya Banyumasan yang Aktraktif

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan ketika memilih pohon untuk dibuat lesung dan alu yaitu kondisi pohon tersebut. Pohon yang kondisinya bagus dapat dilihat dari kulit luarnya yang bersih tanpa jamur, serha memiliki lingkar tahun sekitar 150 hingga 200 cm.

Kategori :