BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Warga di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh menggelar tradisi takiran Sedekah Bumi di komplek pendopo Watu Jonggol, Petilasan Gajah Mada, Jum'at (21/7/2023).
Warga dari lima RT di Gerumbul Sidagati membawa takir yang diletakan di dalam tenong. Salah satunya, Miryodi (64) yang tidak pernah melewatkan momen Sedekah Bumi setiap tahunnya di bulan Sura.
"Sudah naluri untuk mengikuti takiran sebagai tradisi turun temurun sejak dulu," ujar Miryodi di sela acara yang dihadiri Forkompimcam Sumpiuh, Ketua DPRD Banyumas, dan pihak terkait lainnya.
BACA JUGA:Warga Gerumbul Kedung Kambang Selenggarakan Sedekah Bumi, Bentuk Syukur Akan Kelancaran Hasil Panen
Miryodi sebagai warga Desa Banjarpanepen berupaya menjadi bagian yang mempertahankan tradisi Sedekah Bumi. Sehingga, takiran tetap lestari.
Kepala Desa Banjarpanepen, Mujiono menyampaikan, sebagai desa majemuk dalam agama dan budaya, tradisi takiran Sedekah Bumi diibaratkan pendingin. Sebab, tradisi takiran ini wujud nyata kebersamaan antar umat beragama.
"Setiap warga yang datang minimal membawa 12 takir," jelas Mujiono.
BACA JUGA:Tradisi Sedekah Bumi, Warga di Pekuncen Banyumas Perang Lempar Makanan
Mujiono menyampaikan, terdapat filosofi yang terkandung dalam jumlah takir. Di mana selama kurun waktu satu tahun yang telah terlewati, manusia telah makan dari hasil bumi. Sedangkan tidak setiap hari dapat bersedekah.
Namun, setidaknya di setiap bulannya dapat memberikan sedekah. Bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang telah dinikmati.
"Satu bulan sedekah satu takir. Sehingga dalam satu tahun terhitung ada 12 takir," terang Mujiono.
BACA JUGA:Sepuluh Gunungan Hasil Bumi Meriahkan Satu Sura di Karanggedang
Acara diakhiri dengan saling tukar takir hingga sudah tidak ada lagi yang milik sendiri. Lalu, warga makan bersama menikmati takir. Dua penari lengger juga memeriahkan sedekah bumi. (fij)