Panji Laksono, Belajar Wayang Sejak Balita, Tak Pernah Pasang Tarif untuk Diri Sendiri

Rabu 07-06-2023,10:13 WIB
Reporter : Aam Juni Restino
Editor : Susi Dwi Apriani

Sejak usia empat tahun Panji Laksono (23), sudah gemar bermain wayang. Bentuknya yang unik, dan gagah menjadi salah satu alasan ia jatuh hati dengan wayang.

AAM JUNI, Purwokerto

Kini, Panji sudah menjadi dalang muda jempolan. Juga dikenal sebagai dalang yang berani menggelar wayang dengan bahasa Banyumasan gel atau ngapak. 

Pemilik nama panggung Ki Panji Laksono Among Carito itu juga terkenal berkat sabetannya. Karena kekuranganya yang sering lupa, itu justru menjadi sebuah kelebihan. Sabetnya susah ditiru karena random. Selama menjadi dalang, ia tidak pernah mematok tarif . 

Sudah 19 tahun ia belajar mendalang. Sampai sekarang ia juga masih terus belajar. 

"Berani merintis dalang bukan karena merasa sakti dan pintar. Tapi banyak dukungan dari masyarakat, guru dalang, punya 7 guru salah satunya Ki Manteb Sudarsono memberikan lakon Dewa Ruci untuk ujian saya di SMKI Banyumas dulu," ucapnya. 

Pentas pertamanya, saat acara penerimaan rapor di SMKI Pemda Banyumas yang saat ini bernama SMK N 3 Banyumas. 

"Itu tahun 2016. Saat itu sempat gugup karena pentas pertama," kata dia.

Mimpinya menjadi dalang sempat ditentang neneknya karena persaingan yang ketat. Banyak hal di luar nalar yang terjadi untuk menyerang dalang. 

"Harus berani menanggung risiko menjadi dalang," paparnya. 

Oleh karena itu dibutuhkan keberanian lahir dan batin untuk bisa menjadi dalang. Dia merasa syarat itu sudah ia penuhi. 

"Dalang itu kalau lahir batin tidak siap, maka kalau tidak gila ya mati," jelasnya. 

Dalang menurutnya ada beberapa macam. Yang pertama itu ngudal piwulang atau memberikan pelajaran, melalui cerita pewayangan. Selanjutnya adalah ngudal-ngudal welulang, dan kadal karo walang. 

"Dalang yang terakhir (kadal karo walang) ini sangat banyak dijumpai di kehidupan nyata. Yaitu orang yang suka menjilat kepada mereka yang punya jabatan. Begitu tidak punya jabatan lagi, maka orang tersebut akan ditinggalkan," tuturnya. 

Dari tiga itu ia mantap memilih yang pertama. Ngudal piwulang. Juga sebagai sarana dakwah. 

Kategori :