PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Hampir separuh angkutan kota (angkot) di Kabupaten Purbalingga memilih tak operasional.
Hal ini, sudah terjadi sejak awal Pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Jumlah angkot yang operasional semakin menurun, paska kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
BACA JUGA:Sama-sama di Bawah Umur, Paman Diduga Rudapaksa Keponakannya di Purbalingga
Hal itu diungkapkan oleh Pengurus Angkot Purbalingga Suyatno kepada Radarmas, ditemui di sela-sela kegiatan penyaluran bansos Polres Purbalingga di Terminal Purbalingga, Selasa, 6 September 2022.
"Jika melihat izin operasional angkot di Purbalingga ada 200 lebih kendaraan. Namun, sejak pandemi (Covid-19) lalu, hanya separuh yang beroperasi. Jumlahnya kemungkinn betambah dengan naiknya BBM bersubdisi, yang diumumkan pemerintah pekan lalu," katanya.
Dia menyebut untuk mencari empat penumpang dalam satu kali jalan trayek, saat ini sopir kesulitan.
BACA JUGA:Dampak kenaikan BBM, Paksa Sopir Angkot Kurangi Durasi Narik
Sebab, penumpang terutama pelajar lebih banyak yang memilih diantar oleh keluarga atau orang tuanya menggunakan sepeda motor.
Diketahui, paska kenaikan BBM bersubsidi tarif Angkot naik sementara, sebesar 30 persen.
Penumpang umum tarifnya naik menjadi Rp 5.500 dari sebelumnya Rp 4 ribu, tarif penumpang karyawan atau PT naik menjadi Rp 4 ribu dari sebelumnya Rp 3 ribu.
BACA JUGA:Prostitusi Online Via Aplikasi MiChat Dibongkar, Begini Kronologinya
Sedangkan, pelajar tarifnya naik dari Rp 2 ribu menjadi Rp 3 ribu.
"Naiknya tarif angkot ini memang berpengaruh terhadap jumlah penumpang. Namun, jika tidak dinaikkan kami kesulitan memenuhi target setoran dan pembelian BBM bersubsidi," ujarnya.
Salah satu sopir angkot yang enggan mengungkapkan namanya, mengaku belum bisa memenuhi setoran.