SETELAH munculnya keramaian pasar tradisional Desa Rabak sejak empat tahun lalu, sekarang Rabak mulai menunjukkan potensi lainnya. Yakni pembudidayaan ikan lele dengan sistem bioflok. Budidaya ikan dengan model "pakan herbal" ini, pembudidaya akan menghemat penggunaan pakan, hemat air, juga efisiensi lahan. Selain itu air kolam tidak berbau, ramah lingkungan.
Penggunaan pakan herbal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni mencegah serangan penyakit, sehingga ikan lebih sehat. Selain itu, pakan herbal yang larut dan bersatu dengan kotoran ikan, lalu dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan adalah prinsip yang serupa dengan bioflok.
“Dari sedikit ilmu yang saya dapat, bioflok merupakan gabungan kata bios (kehidupan) dan flock (gumpalan). Jadi artinya, kumpulan berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan,” kata Kades Rabak, Mukhodin SSos.
Mukhodin yang didampingi Ketua Mina Kabar Jaya Desa Rabak, Toto Mardiyanto (45) lebih lanjut menjelaskan, dengan budidaya ikan sistim bioflok produksinya lebih baik, atau melebihi standar. Selain itu, limbah air kolamnya bisa untuk pupuk tanaman pertanian.
Toto mengatakan, Kelompok Mina Kabar Jaya Desa Rabak yang beranggotakan 10 orang, mengelola dua lokasi kolam bioflok. Yang pertama berlokasi di wilayah Kadus I lima kolam dan di Kadus II juga lima kolam. Setiap kolam bundar berdiameter 3,5 meter itu diisi 7.500 ekor bibit ikan lele.
Sebelum anggota Mina Kabar Jaya melaksanakan pembudidayaan ikan lele sistem bioflok, dibekali pelatihan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Purbalingga selama satu minggu. Dua desa yang dijadikan percontohan budidaya ikan sistem bioflok yakni Desa Rabak Kecamatan Kalimanah, dan Desa Majasem Kecamatan Bukateja.
“Soal pemasaran ikan lele di Purbalingga tidak ada masalah. Berapapun ikan lele yang dihasilkan para pembudidaya laku terjual. Kami selama ini menjual ikan lele untuk memenuhi pasar di Purbalingga sendiri, dan Sokaraja,” ujar Toto.
Selain bidang perikanan, di Desa Rabak juga ada gantangan, tempat untuk mengadakan lomba burung berkicau. Kegiatannya setiap hari Senin malam dan setiap hari Minggu. Lokasinya di belakang rumah warga di RT 02 RW 01 Desa Rabak. Lombanya lingkup Barlingmascakeb.
“Para komunitas burung menginginkan gantangan Rabak dilaunching oleh Kades. Kami masih menunggu momen yang tepat. Alhamdulillah, adanya arena lomba burung, jalan-jalan, halaman rumah dan pekarangan warga dipenuhi mobil peserta lomba yang parkir,” ujarnya. (nis/sus)