Kim Jong-un (kiri) dan Kim Yo-jong (Pyongyang Press Corps Pool via AP)
JAKARTA - Hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara dikabarkan memanas.
Hal itu terjadi setelah muncul pernyataan menteri pertahanan Korea Selatan tentang kemampuannya menyerang Utara.
Hal itu membuat Korea Utara juga memperingatkan akan menghancurkan target utama di Seoul jika Korea Selatan mengambil "tindakan militer berbahaya" seperti serangan pendahuluan.
Kim Yo Jong, saudari pemimpin Korut Kim Jong Un, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pernyataan menteri pertahanan Korsel "semakin memperburuk hubungan antar-Korea dan ketegangan militer di semenanjung Korea," dikutip dari Reuters.
Kutukan itu, dikemukakan setelah Menhan Korsel Suh Wook mengatakan pada Jumat bahwa militer negaranya memiliki berbagai rudal dengan jarak tembak, akurasi, dan kekuatan yang ditingkatkan secara signifikan, dengan "kemampuan untuk mengenai target apa pun di Korea Utara secara akurat dan cepat."
Suh juga mengatakan kementeriannya akan secara aktif mendukung militer untuk memastikan Korsel memiliki kemampuan merespons ancaman rudal Korut.
Dia menyebut Utara sebagai "musuh".
https://radarbanyumas.co.id/presiden-korea-utara-kim-jong-un-uji-rudal-balistik-antarbenua/
Kim, wakil direktur departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea, juga mengatakan Korut akan "mempertimbangkan kembali banyak hal" dan bahwa Korsel "mungkin menghadapi ancaman serius" karena pernyataan semacam itu.
Kim Jong-un (kiri) dan Kim Yo-jong (Pyongyang Press Corps Pool via AP)
Dalam pernyataan terpisah pada Minggu, Pak Jong Chon, sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea, mengatakan Korut "tanpa ampun akan mengarahkan semua kekuatan militernya untuk menghancurkan target utama di Seoul dan tentara Korea Selatan" jika tentara mereka terlibat dalam aksi militer yang berbahaya seperti serangan pendahuluan.
Namun Korut tidak merinci lokasi yang menjadi target utama di Seoul.
Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir setelah Korut menguji dua rudal balistik pada 26 Februari dan 4 Maret yang melibatkan sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang sedang dikembangkan negara itu, dan saat negara itu melakukan uji ICBM penuh--yang pertama sejak 2017--minggu lalu.
Setelah uji itu, Amerika Serikat pada Jumat menjatuhkan sanksi pada lima entitas yang dituduh memberikan dukungan untuk pengembangan senjata pemusnah massal dan program rudal balistik Korut.
Ketegangan dapat meningkat lebih lanjut karena Presiden terpilih Korsel Yoon Suk-yeol akan mulai menjabat bulan depan.
Yoon dulu pernah mengatakan bahwa serangan pendahuluan mungkin satu-satunya cara untuk melawan rudal hipersonik baru Korut jika negara itu tampak siap menyerang dalam waktu dekat.
Yoon telah menyerukan agar Korsel meningkatkan kemampuan militernya untuk mengecilkan nyali lawan, termasuk dengan memperkuat hubungan dengan AS.
Dia juga telah berjanji berusaha membangun saluran dialog permanen tiga pihak antara Korsel, Korut dan AS. (FIN/ali)