Prancis Siaga Terroris

Rabu 08-06-2016,07:55 WIB

PARIS – Euro 2016 belum dimulai, namun para penonton sudah dilanda kecemasan tingkat tinggi mengenai pengamanan. Itu setelah Ukraina mengumumkan penangkapan seorang ekstremis Prancis dengan gudang senjata yang cukup besar diduga akan menyerang Euro 2016. Layanan Keamanan Ukraina SBU, Senin (6/6), berhasil menangkap seorang pria 25 tahun, yang diidentifikasi sebagai Gregoire Moutaux, berencana untuk menyerang negara asalnya, Prancis. ''Dia disinyalir akan meledakkan masjid, sinagog, organisasi pengumpulan pajak, dan pos pemeriksaan transportasi serta berbagai lokasi lainnya" ujar Kepala SBU Vasyl Grytsak sebagaimana dikutip AFP. Moutaux ditangkap pada 21 Mei lalu ketika mencoba menyeberang dari Ukraina ke Polandia dan hendak menuju ke sebuah van yang berisi sejumlah senjata dengan muatan besar. Seperti 125 kilogram TNT dan granat. Meski begitu, Prancis telah mengerahkan setidaknya 90.000 personel keamanan untuk menjaga Euro 2016. Mereka diharapkan bisa membuat para pengunjung asing tertarik dan mendapatkan keamanan selama berada di Prancis. Sebagaimana diketahui sebelumnya, bahwa Prancis masih dalam keadaan darurat setelah tragedi bom bunuh diri bulan November 2015. Selain itu, penembakan di Paris yang menewaskan 130 orang dan diklaim oleh kelompok Negara Islam juga membuat Prancis benar-benar siaga. Selain ancaman teror, gangguan perjalanan via kereta api juga menjadi permasalahan yang serius. Namun, keadaan tersebut sudah mereda setelah operator yang dikelola negara, SNCF, membuat meningkatkan tawaran untuk para pekerja yang melakukan mogok setelah sepanjang malam melakukan mediasi. "Ada saatnya anda tahu kapan harus berhenti mogok," kata Presiden Francois Hollande setelah sepekan pemogokan yang terjadi di seluruh penjuru negeri. "Sudah saatnya pemogokan ini berakhir," tambah Perdana Menteri Manuel Valls. Semua sekarang tergantung pada CGT, perkumpulan terbesar Perancis yang dipimpin Philippe Martinez. Dia telah muncul sebagai lawan dengan reformasi hukum perburuhan pemerintah Sosialis yang telah memicu tiga bulan demonstrasi dan pemogokan di Prancis. Bahkan jika kereta sudah kembali normal- dan delapan persen dari buruh telah kembali bekerja pada Selasa-ancaman pemogokan oleh pilot Air France masih mengancam keberlangsungan turnamen akbar antar negara Eropa tersebut. Para pilot itu bahkan telah menetapkan waktu untuk mereka berdemo, yakni Sabtu (11/6) hingga Rabu (15/6). Mereka sudah berancang-ancang untuk kompak tidak menerbangkan pesawat tepat di saat ratusan atau bahkan ribuan suporter negara peserta Euro 2016 membanjiri Prancis. Bahkan, kemarin (7/6) aktivis CGT memblokir akses ke dua terminal di bandara utama Paris, Charles de Gaulle, selama lebih dari satu jam. Mereka melakukan itu dalam rangka protes terkait undang-undang tenaga kerja yang akan ditarik. Namun, presiden Hollande telah memperingatkan agar mereka bisa sedikit menerima toleransi karena tindakan itu bisa mengganggu jalannya turnamen. (io)

Tags :
Kategori :

Terkait