KARANGANYAR – Satwa ini dinyatakan telah punah oleh International Union of Conservation for Nature (IUCN). Tapi masih ada warga yang melihat meskipun hanya sekelebat harimau Jawa di kawasan hutan Gunung Lawu, Karanganyar.
Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Lawu Utara Edi Saryono mengatakan, ada warga menyatakan pernah melihat satwa yang dijuluki Simbah ini di selatan Gunung Lawu berbatasan dengan daerah Magetan, Jawa Timur.
”Saat itu warga yang beraktivitas di hutan melihat pantulan cahaya dua mata di dalam goa. Setelah diperhatikan, ternyata itu (mata, Red) harimau. Namun saat dilihat keesokan harinya sudah tidak ada lagi,” kata Edi kemarin(1/8).
Serupa dialami relawan di Blumbang Tawangmangu. Mereka melihat harimau turun gunung saat terjadi kebakaran hutan Gunung Lawu akhir 2015. Kucing besar yang dihormati masyarakat Jawa ini bergerak menuju kawasan Jogolarangan.
Sayangnya, warga tidak sempat mengabadikannya melalui foto maupun video. ”Itu belum lama, saat kebakaran kemarin juga ada yang melapor,” imbuh Edi.
Petugas Perhutani Sarno mengaku terakhir kali melihat harimau Jawa pada 2007. ”Dulu pernah lihat saat pembangunan jalan tembus Tawangangu-Magetan. Sejak saat itu belum melihat lagi,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang pendaki gunung Erik, 27, warga Sukoharjo menambahkan, pada peringatan 1 Muharam sekitar 2009, dirinya melihat harimau loreng di puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu. Kala itu, Simbah berada di sekitar warung penjaja makanan.
Bukan hanya di gunung Lawu, dia melihat harimau berkulit loreng di Gunung Merapi. “Saat mendaki di Gunung Merapi sekitar tahun 2010, saya melihat harimau di jalur pendakian Watu Belah. Pendaki lainnya sempat takut,” ujar dia.
Jika satwa buas yang dilihat warga tersebut benar Harimau Jawa, maka pernyataan bahwa satwa buas ini telah punah bisa terbantahkan.
Lebih lanjut diterangkan Edi, harimau yang dipastikan masih hidup di kawasan hutan gunung Lawu adalah jenis tutul dan kumbang. "Masih banyak ditemukan memanjat pohon," tegasnya.
Berdasar data yang dikutip dari nationalgeographic.co.id, ada tiga subspesies harimau di dunia yang dinyatakan punah oleh IUCN. Yakni harimau Kaspia (Panthera tigris virgata); harimau Bali (Panthera tigris balica); dan harimau Jawa (Panthera tigris sondaica).
Harimau Jawa merupakan subspesies yang memiliki postur tubuh terbesar keempat di dunia setelah harimau Kaspia di Semenanjung Balkan, Harimau Siberia di selatan Rusia dan harimau Benggala di India.
Diperkirakan, jika diukur dari hidung hingga ekor, panjang tubuh harimau Jawa jantan dewasa bisa mencapai 285 sentimeter dengan berat sekitar 150 kilogram (Kg). Sementara betina dewasa diperkirakan dapat mencapai ukuran 270 sentimeter dengan berat sekitar 140 kg.
Berdasarkan pengamatan pada sebuah foto hitam putih harimau Jawa yang mati diburu di Taman Nasional Meru Betiri 1957, satwa ini memiliki ciri khas berupa pola loreng yang sedikit lebih tipis dibandingkan loreng harimau Sumatera.
Bentuk hidung dan moncongnya lebih sempit dan memanjang, dengan kepala yang cenderung bulat dengan muka lonjong. Tidak seperti harimau Sumatera yang bulu pada pipi kanan dan kiri sedikit lebih tebal dan panjang, pada harimau Jawa bulu tebal dan panjang justru terkonsentrasi di dagu bagian bawah. (adi/wa)