PURWOKERTO - Wartoyo, mantan napi teroris asal Kaligua, Brebes memberikan testimoni dalam acara seminar dan dialog interaktif Antisipasi Paham Radikalisme dengan tema Generasi Milenial Mengenal Pancasila untuk Menangkal Radikalisme di aula perpus IAIN Purwokerto (23/7).
Dia menyampaikan kepada peserta yang rata-rata Mahasiswa itu, bahwa pencegahan paham radikalimse bisa dilakukan mulai dari diri sendiri. Selain itu, pergaulan dan peran orang tua juga sangat berpengaruh untuk mencegah penyebaran paham radikal tersebut.
"Cegahlah radikalisme dari diri sendiri, cintai orang tua, ikutilah nasihat-nasihat orang tua.
Selain itu untuk mencegah radikalisme bergaul lah dengan orang yang mengerti," kata Wartoyo yang merupakan dalang dari upaya meracuni polisi di Kemayoran, Jakarta, 2011 lalu.
Menurutnya, kelompok-kelompok yang mengarah kegerakan radikal bisa diketahui dari beberapa ciri. Seperti merasa dirinya paling benar, tidak mau menerima pendapat orang lain, jarang bersosialisasi, mudah membid'ahkan atau mengkafirkan orang lain dan haram menyanyikan lagu Indonesia Raya atau hal-hal yang berbau ke Nasionalisme.
Titik balik dalam diri Wartoyo, terjadi saat keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) di tahun 2014. Pria yang kini membuka usaha berupa bengkel sepeda motor di Kaligua, Brebes ini mulai merenungi mengenai apa yang telah dilakukannya bersama kelompoknya.
"Jujur saya dulu benci dengan polisi dan Pancasila. Tapi saya sekarang sadar, saya ini hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kenapa saya tidak menyelamatkan temen-teman yang lain, seperti itu pemikiran saya," kata dia.
"Kembalilah ke Islam yang benar dan negara NKRI. Kalau punya ilmu tapi tidak dipakai yang sesuai, jadi ada pembelokan ajaran. Dulu saya belajar dari terjemahan Alquran," pungkasnya.
(*edited-dim)