Ribuan Warga Antar Pemakaman Singgih Wiranto
PURWOKERTO- Kepergian mantan Sekda Banyumas Singgih Wiranto yang mendadak memang mengagetkan banyak orang. Ribuan warga pun mengantarkan salah satu putra terbaik Banyumas itu ke peristirahatannya yang terakhir, Kamis (21/6) kemarin.
Mereka yang bertakziah itu datang dari berbagai kalangan. Mulai dari keluarga, tetangga, teman, tokoh masyarakat, hingga para pejabat. Terlihat pula para calon di Pilkada Banyumas 2018 ini. Yakni, Mardjoko, Achmad Husein dan pasangannya Sadewo.
Singgih Wiranto dimakamkan di pemakaman Keluarga Desa Wiradadi Kecamatan Sokaraja, Banyumas pukul 11.00 WIB. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka Jl Sultan Agung, Gang Gunung Wangi Desa Karangnanas, Kecamatan Sokaraja. Sebelumnya dilakukan prosesi adat brobosan dibawah keranda oleh keluarga.
SELAMAT JALAN :Jenazah mantan Sekda Kabupaten Banyumas dilepas pelayat dari rumah duka hingga pemakaman keluarga. Foto bawah: Istri Almarhum Singgih Wiranto (berbaju putih) mengantar jenasah suaminya usai disholati dan upacara pelepasan jenazah, Kamis (21/6. (Dimas Prabowo/Radarmas)
Asisten Ekonomi Pembangunan Ir Didi Rudwianto, SH M Si dan Asisten Pemerintahan dan Kesra Sriyono SH M.Si. Mereka mewakili mewakili Plh Bupati Banyumas Ir Wahyu Budi Saptono M Si. memimpin upacara pemberangkatan jenazah.
Pejabat dari Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi juga hadir. Singgih Wiranto memang pernah menjabata sebagai Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur KemenPDT(2012-2015), Dirjend PDT (2015-2017) KemenDesa, PDT dan Transmigrasi.
Isteri almarhum, Lisa Nurgrahaeni Dwi Yanti, mengatakan, Singgih adalah sosok suami dan ayah yang baik. "Beliau adalah teladan bagi saya pribadi, dan teman-teman," katanya.
Singgih dikenal sebagai orang yang tidak pernah menceritakan hal buruk di depan kerabatnya. Lisa mengatakan, Singgih tidak pernah marah berlebih dengan ucapan yang menyakitkan. Singgih meninggalkan seorang isteri dan tiga orang puteri.
"Pesan terakhir yang disampaikan beliau adalah, mengingatkan kami untuk saling membantu, menjaga satu sama lain, dan hidup rukun serta saling menyayangi," katanya. Sebelum meninggalnya Singgih, Lisa tidak merasakan firasat apapun.
Memasuki bulan Ramadhan, kata dia, almarhum memang tidur hanya sebentar, dan mengeluh kelelahan. Lisa menjelaskan, satu bulan sebelumnya ia dan suami sempat memeriksakan keadaan Singgih ke rumah sakit. "Beliau merasa, pada bagian dada nafasnya tidak lega seperti biasa, jadi kita kontrol ke dokter dan diberi obat untuk menyembuhkan," katanya.
Akan tetapi meninggalnya Singgih yang diakibatkan hipertensi ini dirasa mendadak. Pasalnya, pada waktu lebaran Singgih sempat berbincang dan silaturahmi dengan sanak saudara, dengan begitu antusias. "Mungkin kelelahan juga, pak Singgih juga jarang kontrol tensi, dan ada unsur genetik juga," kata Lisa. Kalau konsumsi vitamin dan obat, lanjutnya, Singgih termasuk orang yang rajin.
"Sekarang yang menguatkan saya adalah anak-anak saya yang punya potensi, dan harus saya back up total tanpa pendamping," katanya.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Singgih sudah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas, tetapi kemudian dirujuk ke RS Geriatri Purwokerto.
"Pasien sampai RS Geriatri Purwokerto pukul 15.00, Rabu (20/6)," ujar Kabag Humas RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, dr Veronica.
Ketika datang, Singgih ditempatkan di High Care Unit (HCU) untuk diperiksa kondisinya. Selama kurang lebih satu jam, pada pukul 16.00, Singgih pun dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU) untuk mendapat perawatan lebih intensif hingga tutup usia pukul 22.50 WIB.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas, Suharso Agung Basuki, yang hadir di pemakaman mengaku terkejut dengan meninggalnya mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Banyumas itu. "Pak Singgih itu baik, pemimpin yang bijaksana, mau bisa merangkul siapa saja. Termasuk memanusiakan manusia, salah satunya kepada Tomo orang yang memiliki gangguan jiwa," katanya.
Tomo, semasa Singgih menjabat Sekda Banyumas, ialah sosok yang kerap ada di lingkungan Setda Banyumas. Tomo, lanjut Agung, dimandikan dan diberi pakaian yang layak oleh Singgih. Selain itu, Agung mengatakan, Singgih adalah tokoh birokrat tulen yang dicintai semua kalangan. "Selamat jalan sahabat semoga khusnul khotimah, Singgih wiranto bisa menjadi teladan para birokrat di kabupaten Banyumas," katanya.
Ratusan karangan bunga ucapan bela sungkawa juga memenuhi halaman rumah duka. Beberapa diantaranya dari partai politik. Sekretaris DPC Gerindra Banyumas, Rachmat Imanda mengatakan, Singgih adalah salah satu putera terbaik Banyumas, yang baik dan supel. "Semoga diterima segala amal perbuatannya, keluarga yg ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan serta bisa melanjutkan perjuangan beliau," katanya.
Dimas Prabowo/Radarmas
Ketua DPD I Partai Golkar Banyumas, Supangkat menjelaskan, prestasi dan dedikasi Singgih sangat bagus. Terlihat ketika mengabdi sebagai Sekda di Pemda Banyumas tahun 2004 sampai 2008 menjadi mitra DPRD dalam membangun Banyumas. "Saya salut dengan ketekunan dan kecerdasannya," ujar Supangkat.
Hal serupa disampaikan Wakil Sekretaris DPC PDIP Banyumas, Ari Suprapto. Menurutnya, almarhum salah satu putra terbaik banyumas. Singguh menjabat sebagai setda Banyumas di usia yang masih muda.
Hal senada disampaikan Yudho Fristiono. Ketua PP Banyumas yang kerap disapa Iteng itu punya sejuta pengalaman bersama Singgih. "Beliau mempersatukan. Beliau orang yang taat hukum. Saat saya dilantik menjadi Kasubag di Setda Banyumas, pesannya satu yakni bekerjalah sesuai aturan. Pemda mengelola APBD harus benar penggunaannya untuk rakyat," katanya.
Singgih Wiranto dilahirkan di Purwokerto, 7 Februari 1962. Dia anak ketiga dari enam bersaudara. Singgih mengenyam pendidikan di SD N 1 Karangnanas 91973), SMP K Purwokerto (1976), SMA N 1 Purwokerto (1981). Selanjutnya Singgih kuliah Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unsoed (1986), Prodi Ilmu Hukum (Hukum Kenegaraan) Program Parca Sarjana UGM Yogyakarta (2004).
Di Pilkada Banyumas 2008, saat masih menjabat Sekda Banyumas, Singgih ikut di Pilkada langsung yang pertama kali digelar di Banyumas. Namun Singgih gagal meraih suara terbanyak. Setelah itu, Singgih bertugas di Kementrian Desa. Tapi, Singgih tak pernah lupa Banyumas.
Di tempat kerja barunya itu, Singgih tetap berusaha untuk memberi sesuatu kepada Banyumas, tanah lahirnya. Dalam sebuah pemberian bantuan dari Kementrian Desa, Gubernur Jawa Tengah kala itu Bibit Waluyo pernah bertutur kepada Bupati Banyumas di masa Mardjoko. "Bantuan sekang pemerintah pusat, kiye ana usahane sekang anak lanang. Usahane Singgih," katanya. Selamat jalan Pak Singgih. Terimakasih dari Banyumas. (ing/ely/dis)