Semangat Sugiarto Patut Jadi Teladan
BANYUMAS-Semangat tinggi Sugiarto (39) warga Grumbul Dukung Pucung II RT 5 RW 6 Desa Karangbawang Kecamatan Ajibarang dalam mengajar mengaji anak-anak sekitar lingkungan, patut menjadi contoh.
Walaupun hanya bisa terbaring di kamar tidur akibat mengalami lumpuh usai menjadi korban kecelakaan 17 tahun lalu, dia tetap sabar dan bersemangat dalam membimbing mengaji.
Menurut Sugiarto, sebelum terjadi kecelakaan 17 tahun lalu, dia sudah rutin mengajar mengaji anak-anak di sekitar lingkungannya. Kecelakaan menyebabkan ia tidak bisa mengajar mengaji secara normal.
"Kecelakaan terjadi usai saya mengaji di Langgongsari Cilongok. Saya membonceng teman dan tertabrak bus. Bagian pinggang saya terlindas bus dan mengakibatkan lumpuh,"ujarnya, Selasa (1/8).
Usai kecelakaan tersebut, dia mendapat perawatan rumah sakit di Solo sampai 40 hari. Akibatnya, aktivitas mengajar mengaji berhenti karena kondisi badan yang tidak memungkinkan.
"Tetapi empat bulan usai kecelakaan, saya kembali mengajar mengaji. Satu yang menjadi semangat saya adalah Al Quran dan wejangan guru mengaji saya supaya apapun keadaannya, harus berbuat baik kepada sesama. Salah satunya dengan mengajar mengaji yang sudah dilakukan sebelum kecelakaan,"ungkapnya.
Saat ini, setiap sore hari mulai pukul 15.00 sampai 17.00, anak-anak sekitar rumahnya dari usia anak-anak belum sekolah sampai sekolah dasar, mengaji bergiliran mulai dari Iqro, Juz Ama dan Al Quran.
Namun berbeda dengan cara mengajar sebelum kecelakaan, saat ini dia hanya bisa berbaring untuk mengajar karena sudah tidak kuat untuk duduk.
"Mengajarnya dengan tidur, sementara anak-anak yang mengaji berdiri atau duduk. Awalnya sulit, tetapi lama kelamaan terbiasa. Kalau saya sedang merasa sakit terutama di bagian operasi usai kecelakaan, biasanya libur tidak mengajar mengaji,"tandasnya.
Sugiarto saat ini hidup hanya bersama ibunya, Rasitem yang sudah cerai sebelum terjadinya kecelakaan dan mempunyai anak satu. Dia menerima keadaan walaupun sudah beberapa kali menjalani pengobatan di medis maupun tradisional.
"Masih ada pen di bagian dada dan pinggang yang sampai saat ini belum dilepas. Untuk makan bisa sendiri, tapi ibu saya yang menyiapkan. Kalau BAB saya pakai pempers,"jelasnya.
Terkait dengan jaminan kesehatan, Sugiarto tidak mempunyai kartu jaminan kesehatan sampai saat ini. Bahkan untuk membeli teh herbal juga karena bantuan dari teman. Kalau sedang sakit saya minum teh herbal, tidak begitu sakit setelah minum teh tersebut,"imbuhnya.
Salah satu warga, Dartim yang merupakan salah satu orang tua anak yang mengaji di rumah Sugiarto, bersama orang tua anak yang lain sering memberikan bantuan ala kadarnya kepada Sugiarto.
Karena sejak Sugiarto tidak bisa beraktivitas, keluarga kesulitan biaya hidup sehari-hari. "Warga sering membantu seperti beras, beli pempers atau kebutuhan lain. Kami berharap pemerintah ada bantuan kepada Sugiarto karena semangat dalam mengajar mengaji sangat tinggi,"pungkasnya. (gus)